“Kami melewati perkampungan, melihat alam, mendengar suara sungai. Jogja punya vibe positif, alam dan orang-orangnya ramah,” ujarnya.
Meski begitu, ia mengakui tantangan terbesar adalah cuaca panas dan lalu lintas yang cukup padat.
BACA JUGA : Kompetisi E-Sport di Jogja Tetap Digelar, Dispar Tekankan Edukasi dan Emosional Anak Muda
BACA JUGA : 700 Angler Padati Sungai Progo, Bantul Siap Jadi Pusat Sport Tourism Jogja
“Di Malaysia nggak ada traffic seperti ini, tapi seru dan jadi pengalaman baru,” katanya sambil tertawa.
Peserta Thailand, Lalabelle: “Cycling Itu Terapi, Cara untuk Menemukan Ketenangan”
Bencharat Woranuchkul atau Lalabelle mengaku bukan sosok yang aktif berolahraga saat kecil. Namun justru bersepeda menjadi olahraga yang membawanya menemukan kedamaian.
“Bersepeda seperti memperlambat waktu. Kita bisa melihat hal-hal kecil, detail, suara alam, orang memasak, pemandangan desa. Cycling memberi fulfillment untuk saya,” tuturnya.
Bagi Lala, bersepeda juga merupakan bentuk meditasi.
“Saat mendaki, saya bicara dengan diri sendiri. Itu jadi terapi,” tambahnya.
BACA JUGA : Festival Olahraga Tradisional di Bambanglipuro, Ajang Lestarikan Budaya dan Sportivitas Anak
BACA JUGA : Bupati Sleman Lepas Atlet PORDA dan PEPARDA 2025, Tekankan Sportivitas dan Prestasi
Dalam latihan di negara asalnya, ia sering melakukan long ride hingga tujuh jam dalam satu hari ketika cuaca sedang bagus.
Tantangan Peserta: Cuaca Panas hingga Mental Race
Ketiganya sepakat bahwa tantangan terbesar di Yogyakarta adalah cuaca panas, elevasi, serta lalu lintas yang cukup padat. Namun mereka menganggap tantangan itu sebagai bagian dari keseruan.
“Yang paling penting adalah bagaimana kita mempersiapkan mental dan menikmati setiap momen,” kata Lala.
Pesan untuk Peserta Lain: “Nikmati, Jangan Stres, dan Utamakan Keselamatan”
Baik Nupy, Hebbe, maupun Lala memberikan pesan untuk seluruh peserta Maybank Cycling Series Il Festino 2025.