BACA JUGA : Bupati Brebes Paramitha Terjun Langsung Dampingi Nakes Blusukan Door to Door Cek Kesehatan Warga
Ia menambahkan bahwa pengawasan populasi nyamuk Wolbachia dilakukan berkala.
"Jumlah nyamuk Wolbachia dipantau minimal dua kali setahun untuk memastikan populasinya tetap tinggi. Fokus utamanya adalah memastikan sebagian besar nyamuk yang beredar adalah Wolbachia,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa tren ini menjadi indikator kuat bahwa intervensi Wolbachia memberi hasil nyata.
“Biasanya di Depok ada ratusan kasus, tapi sekarang bisa turun sampai hanya 29. Kalau dibandingkan tahun lalu, ini penurunan yang cukup tinggi,” ucapnya.
Meski kasus di Depok turun signifikan, beberapa wilayah lain masih menunjukkan angka lebih tinggi.
Berdasarkan data terbaru, Ngaglik mencatat 37 kasus, disusul Godean 41 kasus, dan Ngemplak menjadi yang tertinggi dengan 45 kasus.
BACA JUGA : Bupati Brebes Paramitha Terjun Langsung Dampingi Nakes Blusukan Door to Door Cek Kesehatan Warga
BACA JUGA : 33 Pelajar Sleman Keracunan MBG, Dinas Kesehatan Perketat Pengawasan Makanan Sekolah
Namun, menurutnya, keseluruhan kasus yang terjadi di Sleman masih tergolong ringan dan tidak ada laporan kematian.
Hal ini menunjukkan pergeseran kualitas epidemi dengue di wilayah tersebut.
“Yang penting bukan hanya angka kasusnya, tetapi tingkat keparahannya. Tahun ini seluruh kasus tergolong ringan,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa teknologi Wolbachia bukan solusi instan, namun membutuhkan akurasi lokasi karena karakter nyamuk Aedes aegypti yang berbeda dari spesies lain.
Wolbachia baru diterapkan di Depok sebagai tahap awal, sementara wilayah lain masih dalam proses kajian.
Pelepasan nyamuk pembawa Wolbachia disebut paling efektif di wilayah padat penduduk karena perilaku nyamuk yang cenderung menggigit manusia dan melakukan banyak gigitan dalam satu siklus hidup.
BACA JUGA : 33 Pelajar Sleman Keracunan MBG, Dinas Kesehatan Perketat Pengawasan Makanan Sekolah