“Sejak 17 Agustus 2025 kami sudah meluncurkan program Satu Kampung Satu Arsitek. Program ini sebenarnya sudah berjalan sejak 2017 dan kini kami jadikan program resmi bidang Pengabdian Profesi,” jelas Erlangga.
BACA JUGA : Ada 116 Pengamen Pengamen Resmi di 7 Titik Malioboro, Pengamen Liar Bakal Ditertibkan
BACA JUGA : Wisatawan Nikmati Malioboro Tanpa Kendaraan, Bikin Suasana Lebih Adem dan Nyaman
Melalui program itu, IAI DIY memberikan pendampingan desain di tingkat kampung secara terintegrasi mulai dari penyusunan masterplan hingga tahap pelaksanaan.
“Kalau kampung belum punya masterplan, kami bantu membuatkan. Hasilnya nanti bisa dibawa ke forum Musrenbang untuk disepakati bagian mana yang akan dikerjakan lebih dulu,” katanya.
Erlangga menambahkan, kolaborasi serupa pernah dilakukan pada 2021 melalui penyusunan Masterplan Kampung di tiga lokasi, yaitu Kemantren Mantrijeron, Kelurahan Wirogunan, dan Karangwaru.
“Kami ingin mengulang success story itu di kampung-kampung lain. Tinggal nanti secara legal kita inisiasi MoU dengan Pemkot,” ujarnya.
BACA JUGA : Malioboro Uji Coba Full Pedestrian, Pemkot Yogyakarta Siapkan Evaluasi Akses Warga dan Logistik
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Tetapkan 7 Titik Resmi untuk Pengamen di Malioboro, Tak Boleh Keliling Lagi
Lebih lanjut, Erlangga menegaskan bahwa IAI DIY kini memiliki 108 arsitek berlisensi resmi yang berhak menjadi penanggung jawab dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), terutama di kawasan Sumbu Filosofis.
“Mereka sudah dibekali pemahaman terhadap regulasi dan kearifan lokal. Jadi masyarakat dan pemerintah tidak perlu khawatir, semua sesuai regulasi dan nilai budaya Jogja,” jelasnya.
Dari total sekitar 1.300 anggota IAI DIY, arsitek berlisensi tersebut mendapatkan sertifikasi dari DPMPTSP DIY bekerja sama dengan Dinas PUPESDM DIY. Menurut Erlangga, sekitar 60 persen wilayah Kota Yogyakarta merupakan kawasan cagar budaya seperti Kotagede, Pakualaman, dan Keraton sehingga peran arsitek menjadi sangat vital.
“Kami berharap kerja sama dengan Pemkot ini menjadi langkah konkret untuk menjaga karakter arsitektur Jogja, meskipun ada adaptasi dengan desain modern,” pungkasnya.