Kebijakan Larangan Studi Tour Tekan Kunjungan Wisata ke Bantul hingga 34 Persen

Senin 06-10-2025,19:56 WIB
Reporter : Kristiani Tandi Rani
Editor : Syamsul Falaq

BANTUL, diswayjogja.id - Pemerintah Kabupaten Bantul mencatat penurunan signifikan jumlah kunjungan wisata pada tahun ini, salah satunya akibat kebijakan larangan studi tour pelajar dari beberapa daerah, terutama Provinsi Jawa Barat. 

Kebijakan tersebut dinilai berdampak besar terhadap pendapatan sektor pariwisata, mengingat mayoritas pengunjung Bantul berasal dari rombongan sekolah.

Subkoordinator Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo, menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah siswa terbanyak di Indonesia, dan selama ini menjadi penyumbang utama kunjungan wisata edukatif ke Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk ke Bantul.

"Nah, dengan adanya kebijakan baru tahun ini, tidak ada lagi studi tour dari beberapa daerah, terutama Jawa Barat, itu juga berpengaruh besar,” katanya saat ditemui di ruangannya, Senin (6/10/2025).

Ia menyebutkan, berdasarkan data Dinas Pariwisata, sekitar 34 persen pengunjung ke Bantul berasal dari Jawa Barat. 

Artinya, pelarangan kegiatan wisata pelajar di provinsi tersebut memberikan dampak langsung terhadap tingkat kunjungan di sejumlah destinasi utama seperti Pantai Parangtritis, Goa Cemara, dan kawasan Mangunan.

BACA JUGA : TPR Kawasan Pantai Selatan Bantul Digeser ke Selatan JJLS, Pemkab Siapkan Bangunan Permanen

BACA JUGA : Pelayanan Online Disdukcapil Bantul Dinilai Lancar, Tantangan Justru di Literasi Digital Masyarakat

“Karena DIY, khususnya Bantul, mayoritas pengunjungnya adalah rombongan anak sekolah. Jawa Barat itu provinsi dengan jumlah siswa paling besar di Indonesia. Kalau mereka dilarang studi tour, ya jelas berdampak,” jelasnya.

Ia menuturkan, penurunan kunjungan ini juga diperparah oleh faktor eksternal lain, seperti cuaca ekstrem dan penurunan daya beli masyarakat.  Meskipun wisata tetap menjadi kebutuhan hiburan, banyak wisatawan kini memilih destinasi yang lebih dekat dan hemat biaya.

“Iya, sangat berpengaruh. Selain cuaca ekstrem, daya beli masyarakat juga berpengaruh,” ujarnya.

Ia mengibaratkan perilaku wisatawan dengan konsumen rokok, yang tetap membeli produk meski harga naik, namun beralih ke pilihan yang lebih murah atau praktis.

"Gampangnya begini, seperti perokok, meskipun harga naik, mereka tetap merokok, tapi pilih yang lebih murah. Sama seperti wisatawan, mereka tetap berwisata, tapi mungkin tidak ke luar daerah, hanya ke sekitar tempat tinggal,” ungkapnya.

BACA JUGA : Keluarga Korban Kecewa, JPW Desak Banding Vonis Seumur Hidup Yoga Andry di Bantul

BACA JUGA : Wabup Bantul Ingatkan Indonesia Emas 2045 Bukan Mimpi, Tapi Tantangan Nyata untuk Generasi Z

Kategori :