BACA JUGA : Kelola Program MBG, SMKN 4 Yogyakarta Bakal Optimalkan melalui Karyawan Outsourcing
Ia menambahkan, sampai saat ini pihaknya belum bisa memastikan penyebab pasti insiden tersebut.
“Kenapa saya mengatakan patut diduga? Karena memang masih dalam proses pemeriksaan,” tuturnya, menegaskan bahwa investigasi tetap dilakukan secara menyeluruh sebelum mengeluarkan kesimpulan.
Meski begitu, menu rawon daging sapi yang dikonsumsi para siswa menjadi fokus utama dugaan awal.
“Kemungkinan besar dari menu rawon yang disantap, tapi tentu ini perlu pembuktian laboratorium,” sambungnya.
Adapun tiga sekolah yang siswanya terdampak adalah SMP Muhammadiyah 1, SMP Muhammadiyah 3, dan SMP Pamungkas Mlati.
“Ya, sementara dari tiga sekolah itu, keluhannya sama: diare, mual, dan pusing,” ungkapnya.
Hingga sore hari, kondisi mulai membaik. Sebagian besar siswa yang sempat dirawat di Puskesmas Mlati II sudah diizinkan pulang.
“Yang seperti kalian lihat ini tadi, sudah bersih. Sebagian sudah pulang, sebagian masih observasi,” ucapnya sambil menunjuk ruang perawatan yang sudah tampak kosong.
Meskipun situasi berangsur normal, petugas kesehatan tetap siaga di Puskesmas Mlati II untuk mengantisipasi kemungkinan adanya siswa yang kembali merasakan gejala.
“Kami akan memberikan yang terbaik sesuai program pemerintah, terutama untuk memastikan tidak ada kondisi yang memburuk,” pungkasnya.
Kasus dugaan keracunan makanan seperti ini bukan yang pertama terjadi di lingkungan sekolah.
Biasanya, makanan yang tercemar dapat menyebabkan gejala dalam waktu singkat setelah dikonsumsi.
Oleh karena itu, pihak sekolah diimbau untuk lebih memperhatikan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa, termasuk memastikan kebersihan bahan baku dan proses pengolahannya.
Pihak Dinas Kesehatan Sleman menyatakan akan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan yang diduga menjadi penyebab.
Hasil pemeriksaan diharapkan dapat keluar dalam beberapa hari ke depan untuk memastikan apakah benar rawon tersebut mengandung bakteri atau zat berbahaya yang memicu gejala pada para siswa.