Selain format penuh, karawitan juga mengenal istilah cokekan.
Cokekan dalam karawitan adalah sebuah bentuk pertunjukan musik gamelan yang lebih sederhana dan minimalis.
Format ini menggunakan alat-alat musik tertentu saja, menyesuaikan konsep pementasan atau kebutuhan ruang.
“Cokekan itu alat-alat musik tertentu saja,” ucapnya.
Putut memberi contoh penerapan cokekan yang kerap dijumpai di hotel atau acara resmi.
Pada situasi ini, instrumen yang digunakan relatif sedikit, namun nuansa karawitan tetap terasa.
“Seperti kalau mbak datang ke hotel, itu kan ada sinden, lalu alat musiknya nggak banyak. Tapi nuansa karawitannya tetap terasa,” imbuhnya.
BACA JUGA : Rakernas JKPI 2025 di Yogyakarta, Hasto Wardoyo Tegaskan Pentingnya Pelestarian Kota Pusaka
BACA JUGA : Yogyakarta Tuan Rumah Rakernas JKPI 2025, Hasto Wardoyo Pamerkan Warisan Budaya Kota Pusaka
Fleksibilitas dalam jumlah dan jenis instrumen membuat karawitan mampu beradaptasi dengan beragam situasi.
Mulai dari hajatan desa, pagelaran seni, acara kenegaraan, hingga pertunjukan di ruang modern, semuanya bisa mengakomodasi karawitan dengan format berbeda.
Ia menekankan bahwa inovasi dalam memilih dan mengombinasikan instrumen justru dapat melahirkan melodi baru yang segar.
Ia menganggap kebebasan ini penting untuk menjaga kreativitas seniman karawitan.
Dalam proses latihan maupun pementasan, musisi bisa mencoba susunan instrumen yang tidak biasa tanpa kehilangan identitas karawitan.
Selain itu, format cokekan juga dianggap efektif untuk memperkenalkan karawitan pada masyarakat yang belum terbiasa mendengar musik tradisional.
Jumlah instrumen yang lebih sedikit membuat penonton lebih fokus mendengarkan setiap bunyi dan memahami karakter masing-masing alat.