Ayah Nabil, mengaku bangga melihat anaknya mampu berdiri di panggung sebesar FSY.
Ia mengatakan bahwa minat anaknya terhadap sastra memang muncul secara alami, dan sebagai orang tua, ia hanya memberi ruang dan semangat.
"Alhamdulillah, semoga jadi semangat anaknya. Makin banyak belajarnya," ucapnya.
Ia pun menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendampingi dan memberi kesempatan kepada putranya untuk tampil.
"Terima kasih buat pembimbingnya, guru-gurunya dari Jejak Imaji. Semoga semangat semuanya bergurunya. Acaranya di festival tahun depan juga baik, makin lebih baik lagi ke depannya," pesannya.
BACA JUGA : Tampil Hari Pertama di Prambanan Jazz 2025, eaJ Park Teriakkan Free Palestine
BACA JUGA : Raminten Jamu-Joke & Jazz 2025, Suguhkan Kolaborasi Hiburan Perdana di Yogyakarta
Ia menegaskan bahwa keluarga menyerahkan sepenuhnya pilihan kegiatan kepada sang anak, dan tidak ingin membebani dengan tuntutan.
"Kalau dari saya, kami serahkan pada anaknya," imbuhnya.
Festival Sastra Yogyakarta tahun ini menunjukkan wajah baru sastra Indonesia yang inklusif.
Kehadiran anak-anak di atas panggung menjadi pengingat bahwa sastra adalah milik semua usia, dan cinta pada kata bisa tumbuh dari keberanian pertama untuk membaca dan bersuara.
Berikut isi puisinya
Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala