YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, pengibaran bendera One Piece di sejumlah daerah menjadi sorotan publik.
Bendera bergambar tengkorak dan dua tulang menyilang dari serial anime Jepang tersebut terlihat dikibarkan di pagar rumah, perahu kayu, hingga bak truk, berdampingan dengan Bendera Merah Putih.
Pengibaran bendera One Piece menimbulkan perdebatan: apakah tindakan itu bentuk kebebasan berekspresi atau penghinaan terhadap simbol negara?
Fenomena ini mendapat perhatian dari akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
BACA JUGA : Pakar UMY Sebut Kebijakan Pembekuan Rekening ; Perlu Koordinasi dan Komunikasi Publik yang Lebih Baik
BACA JUGA : Sound Horeg Ancam Pendengaran Permanen, Dokter THT UMY Beri Peringatan Keras
Dosen Hubungan Internasional UMY, Ade Marup Wirasenjaya, menilai fenomena ini sebagai bentuk kritik sosial yang muncul karena masyarakat tidak lagi memiliki ruang yang cukup untuk menyuarakan kekecewaannya terhadap kondisi sosial-politik.
“Bendera Merah Putih adalah simbol resmi negara yang wajib dihormati. Namun, saat masyarakat secara sadar mengibarkan simbol bajak laut, itu adalah bentuk teguran terhadap dominasi kekuasaan dan ketimpangan sosial yang dirasakan,” katanya, Minggu (3/8/2025).
Ia menegaskan bahwa selama posisi bendera One Piece tidak lebih tinggi dari bendera negara dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan simbol kenegaraan, tindakan tersebut tidak bisa dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan.
“Fenomena ini bukan tindakan subversif, melainkan simbolik. Masyarakat merasa ruang kritiknya menyempit, sehingga memilih jalur visual yang kuat untuk menyampaikan pesan,” jelasnya.
Ade menyebut pengibaran bendera bajak laut menjelang 17 Agustus bukanlah kebetulan. Masyarakat memanfaatkan momentum kemerdekaan yang memiliki makna simbolik kuat untuk menyampaikan kritik terhadap elite penguasa.
BACA JUGA : Digelar Dua Hari, PS HW UMY Jaring 27 Talenta Berbakat Sepak Bola Indonesia
BACA JUGA : Pelajar SMA Asal Amerika Serikat Belajar Filosofi Wiru Jarik dan Gerakan Tari di UMY
“Pesannya tegas jangan sampai kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan nyawa hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Dalam konteks ini, istilah bajak laut menjadi metafora perampasan hak rakyat oleh penguasa,” ucapnya.
Ia mengingatkan bahwa semangat nasionalisme tidak cukup diwujudkan melalui seremoni kemerdekaan saja. Nilai-nilai nasionalisme harus tercermin dalam kebijakan publik, perilaku pejabat, dan tindakan aparat negara.