Tertarik Sumbu Filosofis Yogyakarta, Pemda DIY - University of Nottingham Bahas Integrasi Tata Kota

Jumat 28-02-2025,08:13 WIB
Reporter : Anam AK
Editor : Syamsul Falaq

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) dan University of Nottingham, United Kingdom, melakukan diskusi membahas mengenai tata kota dan integrasi transportasi yang proporsional, di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (27/2/2025).

Ketertarikan University of Nottingham ini diawali dengan mereka pada The Cosmological Axis of Yogyakarta atau Sumbu Filosofi Yogyakarta. Acara ini menghadirkan para pakar dari University of Nottingham, Inggris, termasuk Dr. Bagus Muljadi, Dr. Christopher Wood, Prof. Kathy Johnson, dan Lucy Rose.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono, pada acara Sharing Session tersebut mengatakan tata kota yang ideal adalah cerminan peradaban dan harapan masyarakat. Beny menggarisbawahi bahwa tantangan utama saat ini bukanlah membangun infrastruktur baru, melainkan membangun kesadaran bahwa mobilitas adalah hak setiap warga.

“Perencanaan kota yang berorientasi pada transportasi umum dan pejalan kaki dapat menciptakan ruang yang lebih manusiawi dan berkelanjutan,” kata Beny.

BACA JUGA : Plengkung Gading Kraton Yogyakarta Bakal Ditata Ulang karena Terjadi Deformasi

BACA JUGA : Rekaya Lalu Lintas Plengkung Nirbaya Segara Diterapkan untuk Lindungi Cagar Budaya

Lebih lanjut, Beny mengatakan, bagaimana tata kota dapat memberikan ruang bagi mereka yang berjalan kaki, bersepeda, dan mengandalkan transportasi umum. Ia menekankan bahwa kebijakan transportasi harus berfokus pada konektivitas, aksesibilitas, dan kelestarian lingkungan, bukan hanya pada pertumbuhan kendaraan bermotor.

Dalam konteks Yogyakarta, Beny menyoroti pentingnya tata kota yang mencerminkan identitas budaya dan nilai-nilai masyarakat. Konsep tata ruang berbasis budaya telah diterapkan di Yogyakarta, dengan filosofi sangkan paraning dumadi yang menempatkan manusia dalam keseimbangan dengan Tuhan dan alam.

"Kota yang dibangun dengan mempertimbangkan budaya lokal cenderung lebih berkelanjutan karena selaras dengan kebiasaan masyarakatnya," jelasnya.

Beny juga menekankan bahwa perencanaan kota masa depan harus mampu menggabungkan inovasi modern dengan kearifan lokal. Teknologi dan pembangunan harus digunakan untuk memperkuat akar budaya, bukan menggerusnya. Ia berharap, pertemuan ini dapat membuka perspektif baru dan menghasilkan gagasan-gagasan inspiratif untuk mewujudkan Yogyakarta yang lebih baik, tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

BACA JUGA : Tahun 2025 Akan Fokus ke Assessment, Pembangunan JPG di Sumbu Filosofi Yogyakarta Masih Terus Berlangsung

BACA JUGA : Gumuk Pasir dan Sumbu Filosofis Dinilai Rusak, Keraton Jogja Usulkan untuk Lakukan Penataan Ulang

“Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Yogyakarta berkomitmen untuk menjadi kota yang berkelanjutan dan ramah bagi semua warganya,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan dari University of Nottingham, Prof. Kathy Johnson, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya kolaborasi antara dunia akademis dan pemerintah dalam menghadapi tantangan global, terutama dalam bidang engineering dan pembangunan berkelanjutan.

Untuk itu, ia sangat senang dengan diterimanya ia dan rombongan berkunjung ke Pemda DIY. Hal ini sebagai bagian dari upaya untuk menjalin kerjasama yang lebih erat antara Pemda DIY dan institusi pendidikan tinggi internasional.

Kategori :