Di sisi lain, menurut anggota AJI Yogyakarta, Abd. Mughis, walaupun jurnalis dekat dengan persoalan tersebut, nyatanya isu krisis iklim kurang menjadi perhatian. Salah satunya disebabkan algoritma media yang lebih menekankan views hingga viralitas.
Keadaan tersebut diperparah dengan tuntutan kuantitas pemberitaan yang menyebabkan kualitas pemberitaannya kurang mendalam.
BACA JUGA : Potensi Siklon Tropis 99S dan 90S Perairan Gunungkidul, Nelayan Diimbau Tingkatkan Kewaspadaan Cuaca Ekstrem
BACA JUGA : Cuaca Ekstrem hingga Talud Longsor, Warga Yogyakarta Diminta Waspada Tanda Kerawanan Bencana
“Tak jarang jurnalis lebih menyukai menulis berita atau informasi yang tengah viral dan dianggap menjanjikan di meja redaksi,” katanya.
Melalui diskusi ini, diharapkan adanya kesadaran dan peran aktif jurnalis bersama masyarakat sipil dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui narasi dan edukasi perubahan iklim di ruang publik lebih masif.