JOGJA, diswayjogja.id - Belum lama ini, sebanyak 55 mahasiswa Monash University Australia berkunjung ke kawasan Kali Code.
Mereka hadir dalam rangka mempelajari kehidupan masyarakat bantaran Kali Code melalui Sekolah Sungai.
Pengelola Sekolah Sungai, Harris Syarif Usman, menuturkan selama ini Monash University hanya mendengar tentang Kali Code sebagai ikon Kota Jogja.
Kali Code dikenal sebagai legenda dengan berbagai pernik pernik kehidupan warga marginal pinggir kali.
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Tingkatkan Pengawasan Penjualan Daging Sapi untuk Antisipasi PMK
BACA JUGA : Masyarakat Yogyakarta Dihimbau Waspadai Tanda Kerawanan Bencana Cuaca Ekstrem
Dia mengatakan, mahasiswa diajak untuk berdiskusi terkait dengan asal muasal adanya perkampungan yang lebih dikenal dengan Ngebanan karena banyaknya toko penjual ban.
Mahasiswa juga diceritakan mengenai kiprah Romo Mangun yang berhasil menata kampung tersebut.
Warga yang asalnya bekerja serabutan mampu menata lingkungannya sehingga menjadi daya tarik wisatawan.
Pertanian Urban Farming Teras Hijau
"Dari kawasan Romo Mangun kemudian berpindah untuk melihat dari dekat pertanian urban farming Teras Hijau yang aktif menanam sayuran dan ternak ikan lele. Di RW 10 Cokrokusuman, para mahasiswa menimba ilmu tentang Bank Sampah,” ujar Harris.
BACA JUGA : Hasto Wardoyo, Wali Kota Jogja Terpilih Bakal Perbanyak Program Rumah Tidak Layak Huni
BACA JUGA : Hasil Survei Pustral UGM: Indeks Kepuasan Pengguna Capai 86 Persen di Momen Nataru, Ini Detailnya
Dijelaskan Harris, mahasiswa Monash University turut diajak mengunjungi ruang terbuka hijau dan Taman Robin di Jetis Pasiraman, mempelajari IPAL komunal, perangkat mitigasi bencana berupa early warning system, dan memanen air hujan.
Sesampainya di Kampung Jetisharjo, mahasiswa belajar tentang pengelolaan air bersih hingga IPAL portabel.