Dia mengatakan ada dua hal yang perlu pemerintah dorong untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang ada, yakni aspek kelembagaan dan human capital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5%, dan suatu saat bisa 8%.
BACA JUGA : Dorong Ekonomi Kreatif Jogja Makin Berkembang, Jogja Ekraf Week 2024 Hadir dengan Tema Cultural CreativityBACA JUGA : Majukan Ekonomi Syariah Yogyakarta Lewat acara SiBakul Halal Festival
Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di bawah Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.
Perbaikan human capital ini akan mendorong beberapa program strategis yang ada di Indonesia, yang nantinya juga bisa mendorong perekonomian. “Ini saya kira adalah pekerjaan rumah utama di level nasional,” jelasnya.
Sementara itu untuk level DIY secara umum perekonomiannya cukup tangguh. Ditopang dengan ekonomi yang sudah kembali pulih sejak pandemi Covid.
Ia berpandangan perlu didorong diverifikasi perekonomian DIY. Salah satu diskursus yang menarik, kata Gumilang, adalah kenapa tidak menciptakan ekonomi tourism atau wellness tourism. Sebab dari situ akan muncul sektor-sektor baru.
BACA JUGA : SiBakul Halal Festival Siap Kawal Pertumbuhan Ekonomi Syariah
BACA JUGA : Akselerasi Perekonomian Di Desa Mandiri Budaya Melalui Ekonomi Kreatif
Asisten Direktur/Kepala Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi & Keuangan Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Arya Jodilistyo mengatakan Kenaikan UMP DIY 2025 sebesar 6,5% berpotensi memberikan dampak positif terhadap konsumsi rumah tangga.
Di sisi lain, kenaikan UMP ini akan berdampak pada peningkatan inflasi. “Meskipun diperkirakan masih dalam rentang sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujarnya.
Dia menyebut tekanan inflasi DIY cenderung dipengaruhi faktor musiman, baik dari permintaan dan penawaran. Tekanan dari sisi permintaan terutama didorong kebutuhan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur akhir tahun.
Dari sisi penawaran, pasokan komoditas tanaman pangan dan hortikultura cenderung berkurang pasca panen raya yang sudah selesai.