Sementara terapi kombinasi alat elektroterapi, seperti SWD – Shortwave Diathermy dan TENS – Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, lebih unggul pada fase subakut.
BACA JUGA : Dirut Bulog Pastikan Stok Beras Nasional Aman Pasca Nataru
BACA JUGA : Tumpukan Sampah di Yogyakarta, Forpi Tuntut Pemkot Segera Benahi
Menggunakan desain eksperimen Randomized Control Group Petest-Posttest, penelitian ini melibatkan 60 pasien dengan keluhan LBP nonspesifik.
Temuan ini menawarkan alternatif perawatan nonfarmakologis yang tidak hanya efisien dan ekonomis, tetapi juga mudah diterapkan baik di klinik maupun komunitas dengan sumber daya terbatas, khususnya untuk penanganan cedera olahraga.
Selain menyelesaikan disertasinya, Enggis juga berhasil mempublikasikan tiga artikel ilmiah yang terindeks Scopus berdasarkan hasil penelitiannya di antaranya: A Comparison Between the Effectiveness of Tepurak Therapy Versus Deep Tissue Massage Stretching on Low Back Function in Nonspecific Low Back Pain (2024), Effectiveness of Combined Deep Tissue Massage and Stretching on Pain, Range of Motion, and Waist Function of Non-Specific Low Back Pain (2023), dan Comparison of the Effectiveness of Tepurak Therapy with Deep Tissue Massage and Stretching in Treating Non-Specific Low Back Pain Injuries (2023).
Pria kelahiran 5 April 1999 tersebut berkeinginan penelitiannya dapat memberikan manfaat yang luas. Tidak hanya untuk masyarakat umum, tetapi juga bagi dunia pendidikan dan kesehatan.
BACA JUGA : Gudang Karpet Terbakar Pakuwon Jogja Mall, Dua Mobil Damkar Diterjunkan
BACA JUGA : Raih 7 Penghargaan di Bank Indonesia Award 2024, DIY Jadi Penggerak Ekonomi Nasional
“Harapan saya jelas, peneilitian ini bisa diaplikasikan di Health and Sports Center – HSC UNY dan juga dikaji oleh mahasiswa yang saya ajar,” ungkap Enggis.
Ia juga berencana menyusun buku panduan terapi pinggang berdasarkan hasil disertasinya. Sehingga dapat menjadi referensi praktis bagi kalangan medis dan masyarakat yang membutuhkan serta dapat bermanfaat bagi banyak pihak.