Kondisi ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena biasanya yang memberikan andil tertinggi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Pada 2024 ini menduduki posisi kedua 0,48% dengan andil 0,13%.
Dua kelompok pengeluaran lain yang berikan andil deflasi yakni kelompok transportasi, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa lainnya masing-masing 0,02%.
Herum mengatakan andil komoditas dominan inflasi secara tahunan November 2024 yakni emas perhiasan, punya andil inflasi cukup tinggi mencapai 0,38%.
Kedua kopi bubuk andil 0,17%, bawang merah andil 0,06%, minyak goreng andil 0,05%, dan terakhir gula pasir andil 0,05%.
“Komoditas dominan penghambat inflasi adalah cabai merah 0,21%, cabai rawit 0,15%, bensin andil 0,12%. Tiga komoditas ini andilnya dua digit, dan disusul cabai hijau deflasi 0,07% dan wortel 0,04%,” kata Herum.
Ia mengatakan inflasi secara bulanan 0,25% ini berasal dari dua daerah yakni Kota Jogja sebesar 0,21% dan Kabupaten Gunungkidul 0,29%.
BACA JUGA : Laporan Dana Kampanye Pilkada Bantul 2024 Diumumkan, Joko-Rony Jadi Paslon Paling Boros
BACA JUGA : Yogyakarta Siaga Darurat Cuaca Ekstrem, Puncak Musim Hujan Diprediksi Mulai Bulan Desember
Secara tahunan Kota Jogja 1,55% dan Kabupaten Gunungkidul 0,18%. “Gabungan inflasi mtm 0,25 persen inflasi dan yoy 1,14 persen,” lanjutnya.
Adapun secara nasional, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pada November 2024 terjadi inflasi 0,3% mtm atau terjadi kenaikan IHK dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 106,33 pada November 2024. Secara yoy inflasi 1,55% dan secara tahun kalender 1,12%.
“Inflasi bulanan November 2024 lebih tinggi dari Oktober 2024 tapi rendah jika dibandingkan dengan November 2023,” tuturnya.