Hingga pada 7 Oktober 1756 atau hari Kamis pahing tanggal 13 Sura-Djimakir 1682 Jw, Sri Sultan Hamengkubuwono I akhirnya meninggalkan Pesanggrahan Ambarketawang untuk pindah ke Kraton Yogyakarta.
Dilansir dari laman Kemendikbud, bentuk bangunan Siti Hinggil hingga masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII masih tampak sederhana.
Renovasi bangunan hingga terlihat megah seperti saat inii dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII.
Tahun pembangunan diketahui dari candrasengkala memet berupa dua ekor naga dengan penutup kepala atau kuluk raja di antara sulur-suluran bunga yang dibaca “Pandhita Cakra Naga Wani”, yang berarti angka tahun 1857 Jawa.
Sementara untuk tahun masehi digambarkan dengan surya sengkala memet kumbang, tangan, dan suluran bunga yang dapat dibaca “Gana Asta Kembang Lata”, yang berarti angka tahun 1926.
BACA JUGA : Jalin Kerja Sama Dengan Prancis, Yogyakarta Disorot Dari Toleransi, Pendidikan Sampai Budaya
BACA JUGA : Yogyakarta Perkuat Budaya dan Ekonomi Lewat Kerja Sama Dengan India
Bangunan Siti Hinggil seperti halnya Pagelaran menggunakan kerangka besi dan ditopang dengan kolom besi cor yang didatangkan dari Belanda.
Berdasarkan identifikasi kolom-kolom tiang besi yang ada di Keraton Yogyakarta, kolom besi cor diproduksi di pabrik Eindthoven tahun pada 1875 atau di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI.
Bangunan Siti Hinggil Lor
Siti Hinggil Lor berada di bagian utara kompleks Keraton Yogyakarta, yang menghadap ke arah Pagelaran dan Alun-alun Utara.
Dalam memimpin suatu kegiatan atau upacara kerajaan, Sultan akan berada di Siti Hinggil.
Dilansir dari laman jogjacagar.jogjaprov.go.id, Siti Hinggil Lor di Kraton Yogyakarta memiliki ketinggian pada 2,85 meter dari permukaan tanah yang dicapai melalui tangga di sisi utara dan selatan halaman.
Denah halaman berbentuk segi empat dengan panjang sisi arah utara-selatan 77 meter dan panjang sisi arah timur-barat 88 meter.
Tempat ini diberi pagar keliling setinggi 2,40 meter, dengan pagar di sisi utara dibuat berlubang-lubang yang dinamakan ”pagar trancangan”.
Fungsi pagar ini adalah untuk dapat melihat ke Pagelaran serta Alun-alun Utara dan sebaliknya.