Mengulik Ritual dan Tujuan Jamasan Pusaka Keraton Yogyakarta

Minggu 27-10-2024,09:18 WIB
Reporter : Dikana Alfina
Editor : Syamsul Falaq

diswayjogja.com - Meski waktu terus berjalan dan dunia mengalami perkembangan, Keraton Yogyakarta masih melakukan berbagai tradisi adat sebagai salah satu menjaga kelesterain budaya.

Tradisi yang masih rutin digelar oleh pihak Keraton Yogyakarta juga masih banyak, salah satunya adalah Jamasan Pusaka atau dikenal juga dengan sebutan Siraman Pusaka.

Kata  “jamasan”  atau  “siraman” berasal dari bahasa Jawamemandikan atau membersihkan. Upacara ini dilakukan untuk membersihkan benda pusaka milik Keraton Yogyakarta.

Berbagai macam benda pusaka yang ada di Keraton Yogyakarta, di antaranya  tosan aji (senjata), kereta, bendera, perlengkapan berkuda, gamelan, vegetasi, serat (manuskrip), hingga benda-benda upacara maupun kelengkapan ruang tahta.

BACA JUGA : Kisah Iwe, Musisi Jalanan yang Hiasi Persimpangan Jalan Yogyakarta, Penuh Makna Menarik

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Targetkan Akhir Tahun Pembangunan Rumah Deret Terban Akan Selesai

Tujuan Jamasan

Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan merawat benda pusaka yang ada. Setidaknya ada dua aspek dalam upacara Jamasan Pusaka, yaitu teknis dan spiritual.

Secara teknis bertujuan untuk merawat benda-benda warisan sejarah dan budaya, sedangkan secara spiritual merupakan sikap manusia Jawa dalam menyambut datangnya tahun baru Jawa.

Ritual Jamasan

Jamasan Pusaka, atau prosesi pembersihan benda pusaka keraton, dilaksanakan setiap hari Selasa Kliwon pada bulan Sura (Muharram) atau bulan pertama dari kalender Jawa.

Apabila pada bulan Sura tahun itu tidak terdapat hari Selasa Kliwon, maka pelaksanaannya diganti pada hari Jumat Kliwon. Selasa Kliwon dianggap hari yang baik untuk pelaksanaan Jamasan Pusaka, karena pada Selasa Kliwon merupakan hari turunnya wahyu keraton.

BACA JUGA : Sekaten: Sejarah dan Keunikan Tradisi yang Berasal dari Yogyakarta

BACA JUGA : Fakta Unik Es Krim Tip Top, Kuliner Legenda Jogja yang Sudah Eksis Sejak Zaman Belanda

Sedangkan Jumat Kliwon dianggap sebagai hari baik bagi umat Islam. Anggapan ini ada sejak Sultan Agung menciptakan kalender Jawa yang merupakan penyatuan antara kalender Saka dan kalender Islam.

Jamasan Pusaka merupakan suatu upacara yang bersifat sakral, dimana persiapannya tidak dari fisik saja melainkan juga  persiapan rohani.

Sebelum bertugas, para Abdi Dalem akan berpuasa dan mandi terlebih dahulu untuk  menyucikan diri. P ara Abdi Dalem juga harus menjaga sikap, tutur kata dan perbuatan selama upacara berlangsung.

Seluruh rangkaian Jamasan Pusaka diawali dengan Sugengan Ageng, yaitu memanjatkan doa-doa agar selama prosesi upacara pmebersihan pusaka  dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Kategori :