BANTUL, DISWAYJOGJA – Perajin mainan atau dolanan tradisional anak-anak di Pedukuhan Pandes, Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul hingga kini masih ada yang eksis bertahan. Namanya Atmo Wiyono atau akrab disapa Mbah Atmo. Meski sudah renta, tapi Mbah Atmo tetap setia dan penuh semangat melestarikan salah satu warisan leluhur tersebut.
Meski tangannya sudah keriput, tetapi Mbah Atmo masih sangat cekatan dan telaten membuat berbagai dolanan anak yang terbuat dari kertas bekas.
Dilansir dari jogjaporv.go.id, saat memasuki ruang tamu rumah Mbah Atmo, ruangan tersebut digunakan sebagai showroom dan workshop pembuatan aneka dolanan. Melihat itu, para tamu atau pengunjung akan diajak bernostalgia.
Berbagai macam mainan jadul dapat dijumpai di ruangan itu. Antara lain, kitiran, payung mini, otok-otok, kurungan, kipas lipat, sangkar burung mini hingga wayang kertas. Harga yang diberikan juga masih sangat murah dan terjangkau. Misalnya kitiran dihargai Rp 4.000, kipas lipat Rp 2.000 dan sebagainya.
Semua mainan yang ada itu dibuat nenek berusia 86 tahun sendiri, tanpa bantuan siapa pun. Mulai dari memotong, mewarnai, hingga menganyam kertas menggunakan kayu dan benang. Semuanya dikerjakan dari bahan yang amat sederhana. Yakni berbahan kertas bekas, potongan bambu dan lem yang dibuat Mbah Atmo sendiri.
Bahan dasar biasanya didapatkan dari bekas peralatan kantor yang tak terpakai. Sementara, bahan yang harus dibeli baru itu hanya berupa minyak kertas.
Tak terasa, nenek ini telah puluhan tahun menjaga dan melestarikan warisan leluhur sampai sekarang. Usut punya usut, keterampilan membuat mainan tradisional tersebut dipelajari Mbah Atmo dari sang ibunda sejak kecil dan telah diwariskan secara turun temurun di keluarganya.
”Sedari kecil saya belajar bikin mainan dari kertas yang sudah tidak dipakai lagi lalu di daur ulang lalu diberi aneka warna agar menarik, seperti merah, hijau, kuning dan sebagainya. Saya belajar membuat dolanan ini dari ibu sejak puluhan tahun silam,” kata Mbah Atmo.
Cara memainkan dolanan tradisional buatan Mbah Atmo ini sangat mudah. Misalnya kitiran, cukup dibawa ke tempat terbuka yang ada anginnya maka akan langsung berputar dengan sendirinya.
Dengan wajah berseri dan tersenyum lebar, Mbah Atmo langsung mempraktikkannya sendiri dengan mengambil satu kipas lipat, lalu membuka dan mengayunkan di depan wajahnya supaya ada angin.
Awalnya, Mbah Atmo sempat berjualan berkeliling di beberapa pasar tradisional, seperti Pasar Mangiran, Pasar Barongan, Pasar Godean hingga Pasar Imogiri. Kendati masih dihargai murah, nyatanya tak setiap hari dagangannya laris manis lantaran tergerus perkembangan zaman modern.
Pembeli mainan tradisional Mbah Atmo sekarang biasanya dari lingkungan sekolah TK maupun SD, yang ingin membelikan anak muridnya mainan. Selain itu, ada lagi pesanan dari event tertentu seperti acara pernikahan. Kini, Mbah Atmo hanya membuat mainan dengan jumlah banyak saat ada pesanan.