DISWAY JOGJA - Kelahiran Gerakan Pramuka Dunia dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden Powell yang adalah seorang Letnan Jendral Angkatan Bersenjata Britania Raya, serta William Alexander Smith, pendiri Boy's Brigade, mengadakan perkemahan Kepanduan pertama di Kepulauan Brownsea, Inggris. Ide untuk mengadakan gerakan ini muncul ketika Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan Kota Mafeking, Afrika Selatan dari serangan tentara Boer.
Saat itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengatasinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih guna menjadi tentara sukarela. Tugas utamanya adalah membantu militer mempertahankan kota.
Mere mendapat tugas-tugas yang ringan tapi penting, seperti mengantar pesan yang diberikan Baden Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan.
Sebagai penghargaan atas keberhasilan mereka, setiap anggota diberi sebuah lencana. Dimana di kemudian hari, lencana tersebut digunakan sebagai logo dari Gerakan Pramuka Internasional.
Di Indonesia, gerakan pramuka secara resmi dikenalkan pada masyarakat di tanggal 14 Agustus 1961. Bukan saja di Jakarta, tapi juga tempat-tempat penting lainnya di Indonesia. Di Jakarta, sekitar 10 ribu anggota Gerakan Pramuka mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai pembangunan serta parade di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Mulai dari situ, tanggal 14 Agustus selalu diperingati sebagai hari pramuka sedunia.
Sejarah
Pramuka adalah kepanjangan dari Praja Muda Karana dengan arti sekumpulan anak muda yang memiliki karya. Jadi tidak heran jika di kemudian hari pramuka dianggap sebagai penerus bangsa yang memiliki karya dan kemajuan berpikir, disiplin serta mampu mengatasi masalah.
Sebulan setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan mencapai sepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepemanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan untuk seluruh bangsa Indonesia serta segera mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia. Kongres tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 29 Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia.
Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta semakin dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pada tahun 1947 pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
Serbuan Belanda menyulitkan Pandu Rakyat Indonesia. Bahkan saat diadakan api unggun pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948, senjata Belanda mengancam dan membuat Soeprapto kembali ke Tuhan. Dia gugur sebagai Pandu, patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air serta bangsanya.
Kejadian ini mendorong perkumpulan lain untuk berdiri seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI) serta Kepanduan Indonesia Muda (KIM). IPINDO berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia).