Malam Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Ribuan Warga Ikuti Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta

Malam Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Ribuan Warga Ikuti Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta

Ribuan warga mengikuti tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng yakni dengan berjalan mengelilingi Keraton Ngayogyakata Hadiningrat pada Jumat (27/6/2025) dini hari. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Ribuan warga mengikuti tradisi Lampah Budaya Mubeng Beteng yakni dengan berjalan mengelilingi Keraton Ngayogyakata Hadiningrat pada Jumat (27/6/2025) dini hari. 

Tradisi Mubeng Beteng ini dalam rangka memperingati Tahun Baru Jawa 1 Sura Dal 1959 dan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah. 

Ribuan warga bersama para Abdi Dalem berjalan mengelilingi Keraton Yogyakarta dimulai dari Bangsal Ponconiti Keben Keraton dengan menempuh sejauh lima kilometer, bertepatan dengan pukul 00.00 WIB serta lonceng berbunyi sebanyak 12 kali. 

Selama perjalanan, ribuan warga melakukan 'tapa bisu' atau tidak berbicara dan bersuara selama mengikuti tradisi Mubeng Beteng itu. 

BACA JUGA : Wujud Syukur, Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Syawal 1446 Hijriah

BACA JUGA : Upacara Tradisi Numplak Wajik, Prosesi Awal Keraton Yogyakarta Sambut Grebeg

Salah satu warga, Imam Satrio, mengikuti tradisi Mubeng Beteng itu sebagai introspeksi diri dan sebagai bentuk intropeksi diri setelah melalui satu tahun sebelumnya. 

"Luar biasa rasanya kalau ikut mubeng beteng, itu merinding banget, rasanya cuman kedengaran langkah kaki doang, rasanya tuh harus bener wajib intropeksi diri untuk tahun depan yang lebih baik, yang harus merenungkan diri banget," ujarnya ditemui usai berjalan tapa bisu.  

Dia tidak merasa kelelahan meski harus mengelilingi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, pasalnya saat menyusuri dia fokus memikirkan masa lalunya. 

"Kalau capek ngga, karena kita bener-bener hati dan pikiran harus intropeksi diri, jadi fokusnya untuk mikirin yang tahun lalu, untuk memperbaiki tahun depan," katanya. 

BACA JUGA : Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Hamong Nagari, Tampilkan Atribut Busana Abdi Dalem

BACA JUGA : Gumuk Pasir dan Sumbu Filosofis Dinilai Rusak, Keraton Jogja Usulkan untuk Lakukan Penataan Ulang

Bahkan, Imam mengakui suasana malam dini hari itu seperti sedih, saat berjalan bersama ribuan warga lainnya. 

"Pas jalan, aneh banget, kayak suasananya sedih, padahal cuma langkah kaki doang. Pokoknya harus nyobain mubeng beteng," tuturya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: