Disbud DIY Gelar Pekan Budaya Difabel 2024, Ajang Pentas Sekaligus Sarana Edukasi Bagi Masyarakat

Disbud DIY Gelar Pekan Budaya Difabel 2024, Ajang Pentas Sekaligus Sarana Edukasi Bagi Masyarakat

Dinas Kebudayaan DIY menggelar Pekan Budaya Difabel (PBD) 2024 di Lapangan Minggiran, Mantrijeron, Jogja-jogjapolitan.harianjogja.com-

Selain itu, PBD juga berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas. Dengan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami dan menghargai keberadaan teman-teman disabilitas.

“Inklusi dan keberagaman adalah bagian dari nilai-nilai kebudayaan kita. Melalui PBD, kita ingin menguatkan nilai-nilai tersebut,” tambah Dian.

PBD juga menjadi momentum bagi masyarakat Jogja untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember.

BACA JUGA : Targetkan Tiga Poin, PSS Sleman Akui Tak Gentar Menghadapi Dewa United

BACA JUGA : Sajikan Sensasi Perjalanan Berbeda, Inilah Daftar Kereta Api Flasghip yang Beroperasi di Yogyakarta

“Kami tidak hanya merayakan hari tersebut, tetapi juga memaknainya dengan melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan kesetaraan bagi semua,” tegas Dian.

Usung Tema Gayeng Regeng

PBD 2024, yang tahun ini mengusung tema “Gayeng Regeng” telah memasuki tahun keenam untuk memperlihatkan komitmennya dalam mewujudkan Jogja sebagai kota yang inklusif.

Koordinator PBD 2024, Broto Wijayanto mengungkapkan bahwa tahun ini PBD kembali berpindah lokasi, setelah sebelumnya diadakan di Bantul dan Sleman.

“Kami ingin menjangkau lebih banyak masyarakat dan memperlihatkan bahwa semangat inklusi bisa tumbuh di mana saja,” ujarnya.

Melebur dalam Masyarakat

Salah satu hal yang menarik dari PBD 2024 adalah keberhasilannya dalam mengintegrasikan komunitas disabilitas dengan masyarakat umum.

Melalui berbagai kegiatan seni dan budaya, PBD berhasil menunjukkan bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk berkarya dan berekreasi.

“Tema ‘Gayeng Regeng’ yang kami usung ingin menekankan semangat kebersamaan dan kesetaraan. Kami ingin semua orang, tanpa terkecuali, merasa nyaman dan terlibat dalam acara ini,” jelas Broto.

Keterlibatan komunitas seni lokal, seperti Sangkan dari Kelurahan Suryodiningratan, semakin memperkaya acara ini.

Kolaborasi antara komunitas disabilitas dan masyarakat umum terbukti mampu menciptakan suasana yang hangat dan meriah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com