Kunjungi TPA di Bantul, Menteri Lingkungan Hidup Katakan Sampah Makanan Masih Jadi Masalah Serius

Kunjungi TPA di Bantul, Menteri Lingkungan Hidup Katakan Sampah Makanan Masih Jadi Masalah Serius

Menteri Lingkungan Hidup kunjungi beberapa TPA di Bantul, Yogyakarta-Foto by JPNN.com Jogja-

BACA JUGA : Didampingi Suami, Cabup Brebes Paramitha Nyoblos di TPS 27 Brebes Optimistis Menang

Implikasi Masing-Masing Kabupaten

“Ini (penutupan TPA Piyungan) berimplikasi masing-masing kabupaten mengambil langkah sendiri. Sampah bersih di depan mereka tetapi dibuang ditempat yang jauh. Ini problem di tempat lain,” katanya

Dirinya meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY untuk membentuk Bank Sampah Unit (BSU) yang tersentralisasi guna mengatasi sampah di sektor hulu dan memperbanyak penyuluh lingkungan hidup untuk pilah dan pilih sampah.

Hal tersebut juga menjadi solusi jika penutupan depo-depo di Jogja nantinya sembari menunggu setiap wilayah kabupaten kota menyiapkan tempat pengolahan sampah nya masing-masing.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan sampah makanan menjadi problem serius dan membutuhkan perhatian khusus. 

Jika dikelola dengan baik, menurutnya sampah makanan dapat bernilai komersial. 

Hal tersebut disebutnya yang ke depan harus dilakukan dengan segera oleh pemerintah daerah.

BACA JUGA : Dorong Inovasi Bisnis di Sektor Perumahan, BTN Gelar Ajang Kompetisi Housingpreneur di UGM

BACA JUGA : Pojok Bulaksumur Mengupas Tuntas Agenda Seminar Lustrum XV dan Dies Natalis ke-75 UGM

Total produksi sampah di DIY sebanyak 1.300 ton perlu dicari secara bijak solusinya sehingga tidak perlu ada sampah yang keluar DIY.

Pemerintah pusat juga akan membantu pemerintah daerah untuk mengolah sampah kertas  dengan dibeli dengan terlebih dahulu dilakukan pemilahan. 

Kendati begitu, Hanif menyebut anggaran yang turun untuk membeli sampah kertas tersebut jumlahnya terbatas.

Minta Gubernur Lakukan Langkah Efektif

"Kami meminta kepada gubernur, bupati, dan kepala dinas, untuk segera melakukan langkah-langkah efektif di lapangan, terutama memperkuat baris pertahanan di hulu atau sumber sampah," katanya.

Ia juga berpesan, sembari pemerintah provinsi dan kabupaten menyiapkan teknologi akhir pengelolaan sampah, diharapkan bank-bank sampah lebih banyak dibangun, serta lebih digiatkan penyuluhan dan edukasi soal pilah sampah.

"Kalau dilihat dari data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), komposisi sampah paling banyak di DIY itu food waste, makanan sisa. Ini 'PR' bagi semua. Karena food waste itu sejatinya barang komersial kalau kita olah dengan cerdas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kumparan.com