Angka Partisipasi Pemilih Pilkada di Jogja Jauh Menurun, Begini Catatan Bawaslu DIY

Angka Partisipasi Pemilih Pilkada di Jogja Jauh Menurun, Begini Catatan Bawaslu DIY

Angka partisipasi pemilih dalam pilkada Yogyakarta 2024 menurun dibandingkan pilpres--iStockphoto

BACA JUGA : Promo Pilkada 2024 Menarik di Pakuwon Mall Yogayakarta, Cek Lengkapnya Disini

Najib menambahkan, kurangnya daya tarik kandidat juga jadi faktor rendahnya jumlah pemilih dalam pilkada ini. Banyak masyarakat yang merasa tidak menemukan figur yang sesuai dengan harapan mereka.

“Tentu ini memerlukan riset yang mendalam. Namun, berdasarkan pengalaman dari pemilu-pemilu sebelumnya, tingkat partisipasi pilkada cenderung lebih rendah. Kita bisa mengingat, misalnya, pilkada di kota tertentu pada tahun 2000, yang hanya mencatatkan partisipasi sebesar 52 persen,” ungkapnya.

Sementara Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Humas Bawaslu DIY, Umi Illiyana mengungkapkan hingga saat ini data agregat jumlah pemilih belum sepenuhnya terkumpul. 

Namun menurunnya angka partisipasi pemilih menjadi bahan evaluasi untuk ke depannya, terutama terkait partisipasi masyarakat dalam pilkada.

“Sisa-sisa persoalan ini mencakup partisipasi pemilih dan indeks kerawanan pemilu. Sebelumnya, kita sudah memprediksi bahwa tingkat partisipasi masyarakat mungkin akan menurun pada pilkada kali ini,” ujarnya.

Umi menambahkan, salah satu faktor utama menurunnya jumlah pemilih dalam pilkada di DIY adalah pengurangan drastis jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS). Penurunan bahkan hingga mencapai sekitar 50 persen dibandingkan pemilu sebelumnya.

Penurunan jumlah TPS ini menyebabkan jarak geografis antara pemilih dan TPS semakin jauh. Akibatnya memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

BACA JUGA : Perubahan Jam Operasional Trans Jogja di Hari Pilkada 2024, Cek Lengkapnya Disini

BACA JUGA : Tingkatkan Ekosistem Sastra, Pemkot Jogja dan Dinas Kebudayaan Gelar FSY 2024

Faktor mobilisasi menjadi lebih sulit, terutama di daerah seperti Gunungkidul. Kondisi serupa juga terjadi di Sleman, terutama di bagian timur dan barat.

Misalnya di kawasan Prambanan, yang memiliki kondisi geografis berupa daerah pegunungan dan dataran rendah. Kondisi geografis ini turut berkontribusi pada rendahnya partisipasi masyarakat.

Selain itu, meskipun jumlah pemilih per TPS bertambah, hal ini tidak serta merta meningkatkan partisipasi masyarakat.

“Sebaliknya, jumlah TPS yang berkurang justru membuat pemilih kesulitan untuk menggunakan hak pilih mereka,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jogja.suara.com