Tuntut Tunggakan Gaji dan Bonus, Eks Karyawan PT. Amalan Interasional Yogyakarta Kembali Lakukan Aksi Demo
Eks karyawan PT. Amalan Internasional lakukan aksi terkait tuntutan gaji dan bonus-Foto by Jogjapolitan-
Terkait dengan kewajiban-kewajiban yang ditunggak PT Amalan, ia mengakui, bahwa sebagian gaji yang tertunda selama ini memang sudah dibayarkan.
Hanya saja, masih ada beberapa tunggakan yang belum ditunaikan kewajibannya oleh perusahaan dan sangat membebani perekonimian eks pekerja.
"Selama ini ada beberapa yang sudah dibayarkan terkait tunggakan gaji. Tapi, baru sebatas itu, belum beserta denda, BPJS belum, komisi atau bonus juga belum dibayarkan," terangnya.
BACA JUGA : DLH Kota Jogja Sebut Curah Hujan Pengaruhi Kualitas Air Sungai di Kota Jogja
BACA JUGA : Terima Penghargaan Anugerah Penyiaran, Eko Suwanto Katakan Jogja Kaya Akan Nilai Budaya Tinggi
Perusahaan Sedang Kesulitan Keuangan
Sementara, Kuasa hukum PT Amalan Internasional Indonesia, Anggi Parulian, mengungkapkan, bahwa perusahaan memang sedang mengalami kesulitan keuangan.
Namun, pihaknya tetap berkomitmen menyelesaikan kewajiban yang tertunggak, setidaknya sampai 31 Desember 2024, selaras hasil mediasi dengan Dinsosnakartrans Kota Yogya.
"Dari pihak perusahaan sampai oktober kemarin sudah satu-satu diselesaikan, gaji teman-teman penggugat, sudah kita selesaikan, cuma masih ada hak-hak dari karyawan yang masih belum bisa," ujarnya.
"Tapi, menggugat itu kan hak, tidak boleh ditolak dan tidak boleh disanggah. Jadi, itu hak teman-teman pegawai, ketika merasa kurang puas dengan hasil mediasinya," pungkas Anggi.
Tuntutan Gaji dan Bonus
"Yang menjadi tuntutan adalah gaji dan bonus, nah kan sampai minggu kemarin, perusahaan sudah ada itikad baik menyelesaikan gaji pokok dan sudah direalisasikan. Mana yang bisa diselesaikan kita selseaikan, tapi kan butuh waktu. Ya mungkin eks karyawan tidak mau terlalu lama," jelas Anggy.
Sementara salah satu eks pekerja, Ulfaricha menyampaikan akibat keterlambatan gaji dan bonus ini banyak dampak yang dirasakan para eks karyawan, terutama yang sudah berkeluarga.
"Ya kami kan sudah banyak yang berkeluarga sehingga kita sangat terhimpit oleh kenutuhan hidup, istilahnya gali lobang tutup lobang. Apalagi kali saya baru punya bayi, baru punya anak ya, karena penurunan pendapatan ya itu pasti berdampak. Apalagi masih punya cicilan, jadi sudah 1 tahun saya dan teman teman menderita," jelasnya.
Richa juga menjelaskan berbagai upaya telah dilakukan para eks pekerja untuk menuntut keadilan, namun belum ada hasil terang benderang.
"Kita menunggu keadilan, karena sudah terlalu lama ya nasib kita seperti dipermainkan perusahaan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jogja.tribunnews.com