Kominfo Adakan Webinar Literasi Digital Pesantren, 2.500 Santri Semarang Diajak Hindari Jebakan Fomo

Kominfo Adakan Webinar Literasi Digital Pesantren, 2.500 Santri Semarang Diajak Hindari Jebakan Fomo

Selasa, 3 September 2024, di aula BLK Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol, Bringin, Kabupaten Semarang. Dengan diikuti 2.500 peserta secara daring melalui zoom.-DOK-

SEMARANG, diswayjogja.com – Di era digital seperti sekarang ini, tantangan sebagai seorang santri terus bertambah. Selain dituntut memegang prinsip-prinsip agama, santri juga dituntut tetap relevan di era digital.

Melihat kondisi ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Nusantara Cultural Center (NCC) menggelar Webinar Literasi Digital Pesantren bertemaFenomena Fomo dan Kritis terhadap Berita Viral”.

BACA JUGA:Kementerian Kominfo RI Bakal Bekali Santri Ponpes Hasyim Asyari Tarub Tegal Literasi Digital

Koordinator acara, Akbar Andreas menjelaskan, kali ini Webinar diadakan, besok, Selasa, 3 September 2024, di aula BLK Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol, Bringin, Kabupaten Semarang. Dengan diikuti 2.500 peserta secara daring melalui zoom.

Dia menjelaskan, webinar Literasi Digital Pesantren menghadirkan beberapa pembicara, yaitu  Fidya Laela Sari, Miss Hijab Pendidikan Indonesia 2022. Kemudian Masyhudi SH, Camat Bringin; KH Arifin Junaidi, Ketua Umum Hisminu. ”Nantinya para narasumber akan membahas terkait fenomena fomo terhadap berita viral,” katanya, Senin, 2 September 2024.

Akbar menjelaskan, webinar ini menghadirkan tantangan besar bagi santri untuk tetap teguh dalam prinsip-prinsip agama, sambil tetap relevan di era digital. Kondisi tersebut memerlukan literasi digital yang kuat agar santri dapat memilah informasi yang bermanfaat. Selain itu, menghindari jebakan fomo dan menolak doktrin yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

BACA JUGA:Miss Hijab Pendidikan Indonesia Bekali Santri Tegal Tips Personal Branding di Platfrom Digital

Dengan pemahaman yang lebih baik, santri diharapkan dapat menjadi pengguna teknologi yang lebih bijak, yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi mampu mempertahankan identitas dan nilai-nilai keislaman di tengah arus informasi yang deras,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: