Rangakaian Dhaup Ageng Sarat Makna Filosofis, Kini Dimulai Pasang Tarub Hingga Majang

Rangakaian Dhaup Ageng Sarat Makna Filosofis, Kini Dimulai Pasang Tarub Hingga Majang

Rangkaian dari Dhaup Ageng putra bungsu Wagub DIY sekaligus Adipati Pakualaman KGPAA Paku Alam X telah dimulai sejak Minggu (7/1/2024)-DOK.-

DISWAYJOGJA - Rangkaian dari Dhaup Ageng putra bungsu Wagub DIY sekaligus Adipati Pakualaman KGPAA Paku Alam X telah dimulai sejak Minggu (7/1/2024), di Pura pakualaman, Yogyakarta.  Kali ini rangkaian tersebut dilakukan dengan pasang Tarub, Bleketepe, dan Majang.

Dhaup Ageng antara BPH Kusumo Kuntonugroho dan Laily Annisa Kusumastuti dengan serangkaian prosesi sesuai dengan tradisi, adat dan budaya ini sarat makna filosofis. Misalnya kegiatan Pasang Tarub, Bleketepe, dan Majang di Tratag Bangsal Sewatama, Tratag Kepel, Regol Danawara, Pawon Ageng dan Bangsal Kepatihan yang ada di dalam Kompleks Pura Pakualaman.

BACA JUGA:Jelang Dhaup Ageng di Kadipaten Pakualaman, Gusti Putri Ciptakan 11 Motif Batik

Dalam penjelasan yang diterima dari melalui Ketua Bidang II panitia Dhaup Ageng, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyo Wisroyo dijelaskan, pemasangan Tarub tersebut berarti hiasan untuk pernikahan. Terdiri atas dedaunan sebagai simbol harapan bagi pengantin untuk hidup selamat dan sejahtera.

Rangkaian Tarub ini terdiri atas Tebu Wulung yang melambangkan anteping kalbu ‘kemantapan hati’ bagi mempelai dalam membina rumah tangga dan kelak menjadi teladan bagi keluarga. Daun Beringin yang merupakan harapan agar kelak dapat menjadi tempat berlindung dan peneduh bagi keluarga.

Daun Kluwih sebagai harapan agar lancar rezeki dan berusia panjang yang terberkati. Padi sebagai harapan agar hidup makmur dan sejahtera. Alang-alang diambil dari kata Jawa alangan, diharapkan mempelai dijauhkan dari halangan. Dhadap Srep sebagai tolak bala serta memuat harapan agar mempelai terjaga dari watak panas hati sehingga selalu terjalin kedamaian. Cengkir Gading dimaknai sebagai kencenging pikir ‘teguh hati’, sehingga pengantin mampu menjalani hidup berumah tangga sesuai komitmen yang telah dijanjikan saat akad nikah.

BACA JUGA:Pakualaman Yogyakarta Bakal Gelar Dhaup Ageng, Beginilah Rangkaian Prosesinya

Daun apa-apa sebagai tolak bala, selalu dalam lindungan Tuhan agar terhindar dari gangguan makhluk halus dan Pisang raja yang memuat harapan agar hidup pengantin kelak indah dan bahagia.

Sementara itu, Bleketepe dipasang di Tratag Bangsal Sewatama dari barat ke timur. Bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa ini bermakna sebagai penyaring energi negatif. Harapannya, penyelenggaraan prosesi pernikahan dapat berjalan dengan selamat, lancar dan dalam berkah Tuhan.

Majang atau ‘menghias supaya indah’. Yaitu, menata dengan terencana atas segenap perlengkapan yang akan digunakan oleh calon pengantin laki-laki dan perempuan di kamar masing-masing. Harapannya dalam hidup berumah tangga sang pengantin kelak senantiasa mampu menata diri sehingga tercipta suasana yang indah, harmonis.

BACA JUGA:Lestarikan Budaya, Pernikahan Putra Bungsu Wagub DIY Bakal Digelar Upacara Dhaup Ageng

Majang dipasang di Gedhong Ijem yang merupakan kamar calon pengantin laki- laki. Gedhong Purwaretna yang merupakan tempat upacara tampa-kaya serta Kepatihan Gandhok Wetan yang merupakan kamar calon pengantin perempuan.

Kelengkapan majang antara lain kembang jambe dan sirih ayu yang masih bertangkai dan dihiasi dengan injet diikat dengan kain sindur. Selain itu, dipersiapkan juga klemuk dan kendhi. Klemuk diisi berbagai macam biji-bijian, empon-empon, bumbu dapur, tigan ayam Jawa dan ditutup dengan kain bango tulak. Kendhi berisi air bersih dan ditutup dengan daun dhadhap srep. Di tempat tidur kedua calon pengantin dihiasi dengan kain letrek. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: