Ini Wajah Kapten Suradi, Pentolan PKI Pembunuh Para Jenderal Tahun 1965
Wajah diduga Kapten Suradi pembunuh para jenderal TNI AD tahun 1965 (ist)--
JAKARTA, DISWAYJOGJA.ID – Dalam film dokumenter yang dirilis oleh sebuah stasiun televisi asal Amerika Serikat tahun 2020 lalu, ditampilkan sejumlah tokoh-tokoh PKI yang bertanggung jawab atas tragedi pemberontakan G30S/PKI.
Selain Subandrio, ratusan orang lainnya yang terlibat dalam kudeta PKI dipenjara di Lembaga Permasyarakatan Salemba, salah satunya Kapten Suradi.
Kapten Suradi Prawiromihardjo ikut merencanakan kudeta bersama PKI.
Kapten Suradi juga ikut membunuh para jenderal TNI AD dan menguasai RRI saat tragedi 1965 itu. Kapten Suradi merupakan komandan tiga divisi pelopor kudeta.
Didukung oleh PKI, misi Suradi dan anak buahnya adalah melumpuhkan tentara dengan membunuh para perwira tinggi.
Suradi juga diperintahkan merebut semua jaringan komunikasi dan melumpuhkan pemerintahan, sehingga politisi PKI dapat mengambil alih pemerintahan.
Lewat film dokumenter garapan National Broadcasting Company (NBC) itu nampak Subandrio dituduh melakukan pengkhianatan dan konspirasi.
Video tersebut diunggah oleh akun twitter @Aiek_Channel, Minggu (27/9/2020).
Subandrio sendiri merupakan Menteri Luar Negeri Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soekarno saat itu.
Ia dituding membantu jutaan anggota PKI untuk melakukan pemberontakan termasuk membunuh sejumlah petinggi militer Indonesia.
Subandrio juga disebut menjadi tokoh yang menghubungkan Peking (Tiongkok) dengan Indonesia.
Serta melakukan pencurian dana dari Amerika Serikat.
Pada video tersebut, nampak Subandrio membantah semua tuduhan yang disangkakan kepadanya.
Lalu ditampilkan juga Kolonel Latief yang merupakan tahanan politik peristiwa G30S/PKI.
Selanjutnya, disorot juga wajah seseorang yang disebutkan dalam video tersebut sebagai pelaku pembunuhan Jenderal S Parman, dan pelaku penembakan Jenderal Ahmad Yani.
Kapten Suradi Kuasai RRI
Setelah pasukan G30S/PKI selesai melaksanakan misinya untuk menculik beberapa anggota militer, sebagian anggota G30S telah menyambangi RRI pada 1 Oktober 1965 oleh Satuan Tugas (Satgas) Bimasakti pimpinan Kapten Suradi.
Kemudian, sekitar pukul 07.00 sampai 07.20 WIB pasukan G30S pertama kali menyiarkan pengumuman melalui RRI atas aksi yang mereka lakukan pada dini hari 1 Oktober 1965.
Tidak tanggung-tanggung, pasukan G30S masih menduduki RRI hingga pukul 07.40 WIB.
Pasukan yang memenuhi RRI adalah Batalyon 454 dari Jawa Tengah dan Batalyon 530 dari Jawa Timur, mereka menempati sisi utara lapangan di depan istana.
Sementara di sisi barat depan RRI dan sisi selatan dekat gedung telekomunikasi telah ditutup.
Bahkan, dilaporkan juga bahwa jaringan telepon di Jakarta telah diputus. Kemudian, pada pukul 08.15 WIB, pasukan G30S kembali menyiarkan pengumuman di RRI yang telah dibacakan sebelumnya pukul 07.00 sampai 07.20 WIB.
Pada pukul 11.00 WIB, disiarkan kembali oleh bagian penerangan pasukan G30S. Mereka menyiarkan dekrit Nomor 1 tentang pembentukan Dewan Revolusi Indonesia.
Pada pukul 14.00 WIB para pasukan melalui RRI kembali mengumumkan pernyataan dari Gerakan 30 September, yaitu mengenai dua keputusan, Susunan Dewan Revolusi Indonesia, dan Penurunan dan Penaikkan Pangkat.
Namun, RRI yang dikuasai oleh mereka ternyata tidak bertahan lama. Sekitar jam 7 Sore pasukan RPKAD mengambil alih RRI, kemudian beberapa pasukan tertangkap dan sisanya kabur.
Selanjutnya, pada pukul 21.00 WIB tepat tanggal 1 Oktober RRI Jakarta kembali mengudara kembali dengan suara resmi pemerintahan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: pojok satu