Kenalan dengan Panggih, Petani Milenial Sukses dari Rowobelang Batang

Kenalan dengan Panggih, Petani Milenial Sukses dari Rowobelang Batang

Kegiatan petik jeruk di salah satu kebun di Rowobelang Batang. (Foto: Novi)-Radar Pekalongan-Radar Pekalongan

BATANG (Disway Jogja) - Agrowisata dapat diciptakan. Semua tergantung dari ketekunan budidaya dan peluang. Seperti yang sudah dilakukan Panggih Riski Prastiko, 22, petani milenial dari Rowobelang Batang. Seperti apa agrowisata yang dirintisnya?

 

Namanya Wisata Petik Jeruk. Agrowisata di Batang ini dirintis mahasiswa yang masih semester 6 di Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan. Meski budidaya jeruk siam pontianak ini sejak sejak usia 18 tahun atau sebelum masuk bangku kuliah, tapi saat ini sudah mulai berkembang. Terlebih potensi pertanian di daerahnya dinilai sangat besar untuk dikembangkan.

 

Saat panen raya, Panggih melihat harga buah jeruk kerap anjlok. Dia terbesitlah ide untuk menerapkan teknologi Pembuahan Berjenjang Sepanjang Tahun (Bujangseta) hasil belajar dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Malang untuk mendukung Agrowisata yang sedang dirintis.

 

”Awalnya hasil panen jeruk di pasaran hanya dihargai Rp8.000 hingga Rp10 ribu perkilogram. Namun, setelah mengadopsi sistem agrowisata harga buah jeruk, kini lebih stabil dan menguntungkan. Mencapai Rp18 ribu perkilogram,” ungkap Panggih saat ditemui di kebun, beberapa waktu lalu.

Dengan memanfaatkan lahan tanaman jeruk seluas 3.000 meter persegi menjadi agrowisata, kini pengunjung bebas memetik buah sendiri yang dikehendaki. Kemudian hasilnya ditimbang. Setelah itu, buah jeruk ada yang dibawa pulang untuk oleh-oleh. Namun, ada yang dinikmati langsung di lokasi.

 

Teknologi Bujangseta, kata dia, cukup menjaga ketersediaan buah jeruk sepanjang tahun. Dengan demikian, pengunjung yang datang masih memiliki kesempatan untuk melakukan petik buah sendiri.

 

Untuk menarik minat lebih banyak pengunjung, Panggih kerap mempromosikan agrowisata rintisannya ke sejumlah akun media sosial populer maupun akun pribadinya. Hasilnya, pengunjung yang penasaran mulai banyak berdatangan. 

 

”Di awal-awal banyak yang DM (Direct Massage) untuk janjian berkunjung, setelah viral banyak yang datang berombongan,” ungkapnya.

 

Dalam satu hari, kata dia, jumlah pengunjung masih 3-4 keluarga tapi di akhir pekan atau hari libur jumlahnya bisa lebih banyak. Adapun satu pengunjung yang datang, lanjut dia, biasanya memetik 3-5 kilogram buah jeruk untuk dibawa pulang. Belum lagi yang dinikmati langsung di lokasi.

 

Panggih menuturkan untuk mengembangkan agrowisata menjadi tujuan keluarga yang edukatif telah disiapkan dua lahan lagi masing-masing seluas 2.000 dan 5.000 ribu meter persegi.

 

”Nantinya pengunjung bisa belajar budidaya jeruk mulai dari menanam, merawat maupun memanen buah. Kami di sini sudah mengajari pengunjung bagaimana cara memilih buah jeruk siap dipetik," jelasnya.

 

Sebelum menekuni budidaya jeruk, mahasiswa Prodi Agroteknologi ini mengaku sempat menanam palawija, ketela dan bengkoang. Namun setelah mengikuti program yang ditawarkan Balitjestro Malang, dia beralih menanam jeruk.

 

”Peluang pasar buah jeruk lebih terbuka. Saat ini jumlah tanaman jeruk ada 240 di mana satu pohon mampu menghasilkan 5-10 kilo buah jeruk," ujarnya. (nov)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radar pekalongan