Romo Santo Mengenang Buya Syafii Maarif Sosok yang Cinta Damai dan Sigap Saat Gereja Santa Lidwina Diserang

Romo Santo Mengenang Buya Syafii Maarif Sosok yang Cinta Damai dan Sigap Saat Gereja Santa Lidwina Diserang

Karangan bungan duka cita untuk Buya Syafii Maarif. Foto: M. Syukron Fitriansyah/JPNN jogja.--

YOGYAKARTA (Disway Jogja) - Wafatnya mantan Ketum PP Muhammadiyah dan cendikiawan Muslim Prof Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii pada Jumat (27/5) siang menjadi berita duka yang mendalam. Bukan hanya bagi warga Muhammadiyah dan umat Muslim, tetapi juga bagi umat Nasrani.

Salah satu tokoh penting Imam Projo Keuskupan Agung Semarang sekaligus Pastor Kepala Paroki Kumetiran, Yohanes Dwi Harsanto Pr atau Romo Santo, merasaa berduka atas meninggalnya Buya Syafii.

“Saya mewakili bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang Robertus Rubiyatmoko mengucapkan berduka pada keluarga Muhammadiyah dan keluarga almarhum atas dipanggilnya almarhum kepada rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Kami merasa sangat bersedih dan kehilangan,” kata Romo Santo, saat elayat ke Jogja.

Dia mengenang Buya Syafii Maarif sebagai sosok yang cinta damai, selalu membawa keteduhan dan ketentraman.

Romo Santo bercerita bagaimana sigapnya Buya Syafii Maarif saat Gereja Santa Lidwina Stasi Bedog, Sleman diserang teroris pada 2018 lalu.

Buya adalah salah satu tokoh penting yang paling pertama datang, bahkan mendahului beberapa tokoh umat Katolik.

“Beliau mendahului saya. Datang naik sepeda (kayuh) dan langsung memberi konferensi pers. Beliau menenangkan agar kita tidak terpecah belah," kenang Romo Santo.

Bahkan, saat terbaring lemah di RS PKU Muhammadiyah, lanjut Romo Santo, Buya Syafii Maarif masih sempat mengirimkan ucapan selama Natal.

“Kita berusaha satu sama lain dan bekerja sama melanjutkan cita-cita Buya Syafii Maarif, yaitu damai. Yang muda-muda khususnya melanjutkan cita-cita almarhum untuk berkomunikasi satu sama lain, untuk membangun perdamaian, peradaban yang lebih baik di Indonesia,” ujarnya.

Selain Romo Santo, tokoh Nasrani lainnya yang datang melayat adalah Ketum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom.

Pendeta Gomar bahkan meminta Presiden Jokowi agar memberikan gelar pahlawan nasional kepada Buya Syafii Maarif.

Buya Syafii Maarif wafat pada usia 86 tahun di PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, pukul 10.15 WIB.

Jenazah Buya Syafii kini sudah dimakaman di Pemakaman Husnul Khotimah, Kulon Progo pada pukul 16.00 WIB. (mar3/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jpnn