“Mutia meninggal di tempat, sedangkan Bu Endah meninggal di perjalanan. Pak Pur luka dan sekarang masih dirawat di rumah sakit,” ucapnya.
Ia menuturkan, keluarga Purwoko berangkat dari Sleman ke Bogor sekitar dua pekan lalu atau kurang lebih 10 hari sebelum kejadian.
Bahkan, ia sempat bertemu dengan Endah sehari sebelum keberangkatan.
“Tidak ada firasat apa-apa. Selama di Bogor juga masih sempat kirim kabar. Terakhir, Mutia sempat mengabari mau pulang ke Sleman. Setelah itu tidak ada kabar lagi, tahu-tahu dapat kabar duka,” tuturnya.
Tetangga korban, Binoko Wawan, menuturkan bahwa keluarga tersebut telah lama menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat dusun.
BACA JUGA : Dua Kecelakaan Beruntun di Kulon Progo, Renggut Dua Nyawa Salah Satunya Akibat Terlindas Kendaraan
BACA JUGA : Perlintasan Gamping Magnet Kecelakaan KAI, Pejalan Kaki Tertabrak Malioboro Ekspres
Meski Endah berasal dari Bogor, Jawa Barat, kehadirannya diterima dengan hangat oleh warga setempat.
“Keluarga Pak Pur dan Bu Endah itu dikenal baik. Walaupun Bu Endah asal Bogor, tapi sudah sangat dekat dengan masyarakat sini,” ujarnya.
Putri mereka, Mutiara Citra Dwi Purwita (19), juga meninggalkan kesan mendalam di kalangan anak-anak muda dusun.
Menurutnya, Mutiara dikenal sebagai pribadi periang, aktif, dan mudah bergaul.
“Kalau Mutia dengan anak-anak muda itu humble, entengan. Sesulit apa pun waktunya, kalau ada kegiatan kepemudaan dia selalu aktif. Srawungnya bagus,” jelasnya.
Tak hanya itu, peran Purwoko (50) sebagai kepala keluarga juga dirasakan manfaatnya oleh warga. Ia dikenal aktif membantu urusan pertanian, khususnya terkait pupuk.
BACA JUGA : Cegah Kecelakaan, KAI Daop 6 Tutup Perlintasan Liar di Sukoharjo–Pasarnguter
BACA JUGA : Kecelakaan Kereta di Prambanan, Satu Korban Pulang dan Lima Masih Dirawat di RS
“Pak Pur juga srawungnya bagus untuk masyarakat. Kebetulan beliau mengampu urusan pupuk petani. Karena kerja di toko pertanian, beliau paham betul soal pupuk,” imbuhnya.