Ratun Untoro Dorong Digitalisasi Tradisi Lisan: “Hal-hal Esensial Sulit Ditangkap Hanya Lewat Teks”

Sabtu 16-08-2025,09:10 WIB
Reporter : Kristiani Tandi Rani
Editor : Syamsul Falaq

BACA JUGA : Muhammad Qadhafi: Komunitas Sastra Jangan Cuma Nulis, Tapi Bikin Dampak

Digitalisasi tradisi lisan dilakukan melalui asosiasi yang memiliki cabang di seluruh wilayah Indonesia. 

“Saya sendiri berada di asosiasi yang fokus pada tradisi lisan digital. Setiap wilayah di Nusantara memiliki cabang, dan semua daerah punya program yang sama: mendata, memilih siapa yang perlu didigitalkan, apakah pemerintah, komunitas, atau pihak lain, lalu menyimpannya, tidak hanya di pusat besar, tetapi juga di tingkat kecil,” tuturnya.

Menurutnya, program digitalisasi tidak hanya berbasis teks, tetapi juga memanfaatkan audio dan visual. 

“Kami bekerja dengan audio dan visual. Contohnya, di RRI banyak sekali kaset berisi ketoprak zaman dulu. Itu tidak untuk dijual, tetapi bisa diselamatkan,” ujarnya.

Selain penyelamatan melalui rekaman, Balai Bahasa DIY juga mengembangkan program penulisan tradisi lisan. 

“Selain itu, kami juga punya program penulisan tradisi lisan. Bentuknya beragam, dikerjakan oleh berbagai tim, semuanya untuk tujuan penyelamatan,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa tradisi lisan yang hanya ditulis memiliki keterbatasan karena banyak unsur penting yang hilang. 

“Namun, tradisi lisan yang hanya ditulis memiliki keterbatasan: esensinya hilang. Banyak yang tidak terekam, terutama unsur paralinguistik—seperti nada, tinggi rendah suara, dan nuansa penyampaian,” tegasnya.

Dengan digitalisasi tradisi lisan, Balai Bahasa DIY berharap generasi muda dapat mengakses warisan budaya Nusantara dengan lebih mudah, sekaligus menjaga nuansa dan kekayaan bahasa yang melekat pada setiap cerita.

Kategori :