YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Vokalis Jejak Imaji, Juju (22), membagikan kisah awal mula cintanya terhadap dunia sastra, yang kini menjadi napas utama dalam setiap penampilannya di panggung musikalisasi puisi.
Lagu yang ia nyanyikan bersama Jejak Imaji, seperti “Surat Buat Emak”, menjadi perwujudan emosional dari kecintaannya pada puisi dan sejarah. Cinta Juju pada sastra berawal ketika ia duduk di bangku kelas 3 SMP.
Tak sengaja membaca Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono di perpustakaan, ia merasa terhubung secara emosional dengan tulisan tersebut.
BACA JUGA : Tingkatkan Ekosistem Sastra, Pemkot Jogja dan Dinas Kebudayaan Gelar FSY 2024
BACA JUGA : Yogyakarta Gamelan Festival 2025, Suguhkan Konser Maestro Seni dan Video Mapping
Sejak saat itu, ia memandang sastra sebagai ruang yang memberi kebebasan bagi pengarang untuk menyampaikan rasa.
"Aku pertama kali jatuh cinta sama sastra itu waktu baca Hujan Bulan Juni, Sapardi Djoko Damono. Itu aku kelas 3 SMP," katanya saat ditemui usai pertunjukan musikalisasi puisi di Festival Sastra Yogyakarta, Minggu (3/8/2025).
Momen perkenalannya dengan puisi terjadi secara spontan. Ia tidak tahu harus membaca apa, lalu mengambil buku itu dari rak dan terhanyut oleh perpaduan prosa dan lirik puitis dalam karya tersebut.
"Aku duduk di perpustakaan, aku nggak tahu mau baca apa. Aku bacalah itu puisi. Ya, satu novel juga ya. Hujan Bulan Juni itu kan novel dan puisi," sebutnya.
Tak berhenti di sana, Ia juga menyukai karya klasik seperti The Little Prince dan berbagai puisi yang sarat makna emosional.
BACA JUGA : Ada Sejumlah Festival Budaya di Kota Yogyakarta Digelar Awal Agustus 2025, Ini Jadwalnya
BACA JUGA : Festival Seni Kontemporer ARTJOG 2025 Dibuka, Pamerkan Praktik Seni Trilogi Motif Amalan
Ketertarikannya pada sastra terus tumbuh seiring pemahamannya bahwa tulisan dapat menjadi medium untuk menyampaikan luka kolektif dan sejarah bangsa.
"Aku suka sastra karena keleluasaan pengkarya-pengkaryanya dalam menuangkan emosional mereka di satu tulisan. Jadi aku sangat tertarik dengan tulisan yang sangat berkaitan dengan emosional," tuturnya.
Lebih jauh, gadis 22 tahun ini menjelaskan bahwa baginya, karya seni bukan hanya bentuk ekspresi pribadi, tetapi juga alat untuk mengingat sejarah kelam bangsa Indonesia.