RSIY PDHI Buka Layanan Gangguan Perkembangan Anak, Sikapi Penggunaan Gadget Terhadap Anak

Sabtu 01-02-2025,16:54 WIB
Reporter : Yuni Khaerunisa
Editor : Syamsul Falaq

Uji memberi contoh apabila seorang anak mengalami keterlambatan bicara, maka perlu ada terapi wicara atau terapi okupansi. Apabila seorang anak belum dapat berjalan, maka perlu ada fisioterapi.

BACA JUGA : Bangun Pondasi Generasi Emas, PP ‘Aisyiyah Dukung Program Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

BACA JUGA : 319 Anak di Kabupaten Brebes Ajukan Dispensasi Kawin Sepanjang Januari Hingga Desember 2024

Dokter Forensik dan Medikolegal RSIY PDHI, Niufti Ayu Dewi Mahila, mengatakan Klinik DNA Paternitas memiliki fokus pasien pada pasien yang masih hidup. 

Katanya, tes DNA paternitas bukan hanya untuk mencari ayah atau ibu kandung melainkan juga mengurus hak waris.

“Bisa juga untuk kasus ahli waris, selain melacak orang tua biologis; atau kalau seorang anak sudah tahu ayah kandungnya, tapi ada persoalan administratif mungkin dulu menikah siri dan mau menikah resmi lalu membuat akta kan butuh tes DNA,” kata Mahila.

Dia menegaskan tes DNA tersebut harus dilakukan atas sepengetahuan dan seizin kedua belah pihak. Seseorang tidak bisa tiba-tiba membawa sampel darah atau rambut dan meminta dites.

BACA JUGA : Pengembangan Literasi Anak-Anak, Balai Bahasa Yogyakarta Luncurkan 97 Buku Cerita Anak

BACA JUGA : Pemkot Jalin Kemitraan di Wilayah untuk Cegah Terjadinya Kekerasan Pada Anak

Layanan DNA Paternitas dibuka sepekan penuh sesuai perjanjian antara dokter dengan pasien.

Kepala Unit Rehabilitasi Medis RSIY PDHI, Suhartanto, mengungkapkan layanan tumbuh kembang anak mencakup fisioterapi, okupansi terapi, dan terapi wicara.

Layanan tersebut akan sangat membantu seseorang dalam berkembang optimal dan mengurangi dampak negatif gadget.

Suhartanto menambahkan gangguan tersebut meliputi motorik, sensorik dan kognitif. Padahal, tiga hal ini dibutuhkan dalam perkembangan anak.

“Gangguan diskalkulia atau kesulitan menghitung atau mengeja bisa diterapi. Lalu ketika anak main game kan pengennya menang sendiri. Nah, ada gangguan penerimaan diri kalau kalah,” katanya.

Kategori :