Dosen Gizi UNISA Yogyakarta Soroti Penyajian Menu dan Antisipasi Potensi Keracunan Program MBG

Kamis 16-01-2025,16:00 WIB
Reporter : Anam AK
Editor : Syamsul Falaq

“Kemudian misal ada sisa lauk tiga, tidak dibuang, ditawarkan ke teman-teman yang mau lima ternyata. Kan anak harus memecahkan masalah itu. Daging tiga yang mau lima anak, itu kan edukasi, problem solving,” ujar Agung.

BACA JUGA : Hari Pertama Makan Bergizi Gratis, Kantin Sekolah di Sleman Kurangi Jualan Nasi

BACA JUGA :  Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp102 Miliar, Sekolah di Kota Yogyakarta Tunggu Pelaksanaan

Dia menilai program Makan Bergizi Gratis harus dilihat sebagai sebuah investasi. Oleh karena itu, dampak dari program ini tidak bisa dilihat dalam waktu dekat. Pihaknya memberi gambaran negara maju saat ini yang menerapkan program serupa sudah sejak lama.

“Kita harus berpikirnya investasi. Istilahnya menanam pohon sekarang gak mungkin dapat hasilnya sekarang juga, menanam kan pasti jangka panjang. Apalagi ini konteksnya Sumber Daya Manusia,” imbuhnya.

Dampak positif dari program ini menurut Agung juga tidak hanya dari segi peningkatan kualitas SDM. Namun, ada dampak lain yang bisa dirasakan, contohnya ekonomi. Melalui program ini bisa menggandeng masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhan olahan makanan.

“Konsepnya pemberdayaan masyarakat. Misal di dekat dapur itu ada lahan yang bisa untuk pemberdayaan masyarakat petani. Bisa diberdayakan untuk memenuhi bahan pangan. Kalau di perkotaan sebetulnya bisa menumbuhkan urban farming,” pungkasnya.

Kategori :