Dosen Gizi UNISA Yogyakarta Soroti Penyajian Menu dan Antisipasi Potensi Keracunan Program MBG
Sejumlah siswa SD Negeri Sindudadi Timur, Senin (13/1/2025) tengah menyantap menu makan bergizi yang menjadi sasaran di hari pertama program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.--Foto: Anam AK/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Dosen Program Studi Gizi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Agung Nugroho, menyebut ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Mulai dari penyajian menu hingga antisipasi potensi keracunan. Agung menjelaskan, setiap menu sudah dipertimbangkan standar gizinya. Untuk menentukan menu tersebut juga menurut Agung sudah ada ahli gizi dengan panduannya.
Menurutnya, yang jadi tantangan adalah menyesuaikan rasa makanan dengan selera ribuan orang yang menerima program makan bergizi gratis itu. Untuk mengakomodir selera secara umum, menurut Agung bisa dilihat dari sisa makanan.
“Misal satu menu itu banyak tersisa harus diganti, dievaluasi, karena itu ada protapnya. Tingkat kesukaannya, sisa makanan itu harus dicatat, mana paling disukai, mana yang enggak,” jelas Agung, di Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Kamis (16/1/2025).
BACA JUGA : Guru Besar UGM Nilai Program MBG Tak Cukup Cegah Stunting
BACA JUGA : Program Makan Bergizi Gratis Digelar Perdana, Sasar 1.239 Siswa Sekolah di Sleman
Selain itu, yang menjadi perhatian Agung adalah ketersediaan bahan baku untuk membuat menu makanan. Dia menyarankan dalam satu daerah tidak membuat menu yang sama dalam waktu berbarengan. Strategi tersebut untuk menghindari kelangkaan atau kekurangan bahan baku tertentu.
“Misal satu dapur 3.000 kebutuhan telur, dikali beberapa lokasi dalam satu daerah, kalau bareng bisa terjadi kelangkaan telur beneran ini. Itu manajemen bahan pangan harus bagus itu,” katanya.
Ketua prodi Gizi UNISA tersebut juga menyebut salah satu yang harus diwaspadai dalam program MBG adalah potensi keracunan dan penanganannya.
“Makanan itu kalau sekali keracunan ya 3.000 (jumlah porsi menu yang dibuat setiap Satuan Pelayanan Penyediaan Gizi/ SPPG). Saya belum lihat semoga tidak ada kasus keracunan. Itu dalam konteks kesehatan kalau KLB penanganan bagaimana,” tuturnya.
BACA JUGA : Uji Coba Makan Siang Bergizi, UNISA Yogyakarta Siapkan 1500 Porsi Setiap Hari
BACA JUGA : Buka Peluang Emas Baru, UNISA Yogyakarta Tekan Kerja Sama dengan University of Leeds
Saat disinggung dengan anggaran Rp10.000 per porsi apakah bisa memenuhi kebutuhan gizi, Agung menyebut bisa. Meski begitu, dia juga mengatakan harus melihat daerah pelaksanaan program MBG tersebut. Pasalnya beberapa daerah harga untuk bahan baku cukup mahal.
“Mungkin kalau Maluku atau Papua kalau memenuhi Rp10.000 susah, karena harga bahan pangan mereka sudah tinggi, tapi itu kan bukan patokan mati. Range terendah Rp10.000 sampai bisa Rp15.000 biasanya. Sangat tidak mungkin kalau semua Rp10.000,” imbuhnya.
Program Makan Bergizi Gratis Harus Diselipkan Edukasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: