JOGJA, diswayjogja.id - Awal Januari, beberapa sapi di Bantul terkena penyakit mulut dan kuku (PMK).
Aktivitas jual beli sapi di Bantul sempat berhenti sejenak. Peternak sapi di Sedayu, Rika mengaku telah menjual belasan sapi miliknya dengan merebaknya virus PMK di Bantul.
Sebelumnya, dia memiliki 15 ekor sapi yang berada di kadang Sedayu, dan delapan ekor sapi di Sentolo, Kulonprogo.
“[Sapi] yang di kandang sudah saya habiskan, tinggal beberapa ekor di Sentolo dan Sedayu tinggal dua ekor [sapi],” ujarnya, Selasa (14/1/2025).
BACA JUGA : Pemda DIY Ajukan 100 Ribu Dosis Vaksin ke Kementan untuk Percepat Penanganan Kasus PMK
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Tingkatkan Pengawasan Penjualan Daging Sapi untuk Antisipasi PMK
Beberapa minggu lalu, pihaknya segera menjual sapi-sapi tersebut lantaran ada sapi yang pincang. Sapi yang pincang tersebut lantas diobati secara mandiri. Saat ini, sapi tersebut telah sembuh.
“Yang saya jual [sapi] yang kondisinya masih sehat semua. Jadi belum ada gejala penyebaran wabah PMK,” ujarnya.
Dia mengaku harga jual sapi sempat menurun dengan adanya wabah PMK di Bantul. untuk satu sapi yang biasa dijual dengan kisaran Rp25 juta, kemarin hanya mampu terjual Rp23 juta.
“Sekarang harganya [harga penjualan sapi] hancur. Selisih [penurunan harga penjualan sapi selama PMK] sekitar Rp2 juta-Rp3 juta,” ujarnya.
BACA JUGA : Peningkatan Kasus PMK Terjadi Lebih Awal, Kementan Bentuk Satgas PMK Nasional
BACA JUGA : Kasus PMK di DIY 64 Ekor Mati, Tertinggi di Gunungkidul
Dia pun mengaku sementara waktu tidak melakukan proses jual beli sapi. “Saat ini rencananya kandang belum dimasuki sapi. Saya ambilnya [sapi] kalau mau dibawa ke pasar saja,” katanya.
Peternak sapi di Segoroyoso, Yuli mengaku hingga saat ini 20 ekor sapi miliknya tidak ada yang mengalami gejala PMK. Dia mengaku langkah antisipasi terhadap PMK telah dilakukan.
“Sementara ini tidak ada sapi yang didatangkan dari luar. Kalau ada sapi yang dari luar, takutnya membawa virus [PMK],” ujarnya.