Pada hakikatnya, karya ini merupakan usaha mulia membangun peradaban yang kokoh berlandaskan, nilai Islam “wasathiyah” moderat, inklusif, dan berkemajuan serta menyiratkan nilai moral Smara-Bhumi Adi-Manggala.
Menurut Sri Sultan, Haedar Nashir dalam kepemimpinannya, mencerminkan sejatinya filosofi Muhammadiyah, berkemajuan, membangun umat, dan menebar manfaat bagi semesta.
Dalam pemikirannya, ilmu bukan sekadar simbol pengetahuan, melainkan menjadi setitik cahaya pelita, yang sudah seharusnya menuntun umat di tengah tantangan zaman dengan berbagai dinamika dan fluktuasinya.
"Dengan pandangan reflektif seperti itulah, penghargaan ini tidak hanya bermakna bagi pribadi dan keluarga saja, tetapi karena pengabdiannya yang tak kenal lelah itu, hikmahnya juga memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat-bangsa Indonesia dan dunia. Sekali lagi, kepada penerima Anugerah, saya ucapkan Selamat Berbakti dan Sukses Mengabdi, seiring ucapan Dirgahayu UGM di usianya yang ke-75 ini” imbuh Sri Sultan.
Figur Teladan Sri Sultan HB IX
Sebelum berorasi, Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada Rektor beserta seluruh jajaran dan civitas akademika UGM atas penghargaan ini.
Sebagai alumni Pasca Sarjana S2 dan S3 UGM, penganugerahan ini sungguh berarti dan bernilai tinggi.
Bagi Haedar, penghargaan ini lebih dari sebuah Anugerah karena dilekatkan dengan figur teladan Sri Sultan HB IX yang dikenal sebagai tokoh Tahta Untuk Rakyat.
"Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah SWT atas penghargaan tertinggi Anugerah Hamengku Buwono IX yang diberikan oleh UGM. Terima kasih secara khusus kepada Sultan HB X bersama Keluarga Keraton Yogyakarta atas penganugerahan dengan penisbahan nama Sultan HB IX yang tentu sangat sarat makna," ucap Haedar.
BACA JUGA : Cuaca Ekstrem saat Nataru, BMKG Minta Masyarakat Waspada
BACA JUGA : Libur Nataru 2024, PT KAI Daop 6 Yogyakarta Siapkan 11 Kereta Tambahan
Haedar menyampaikan orasinya berjudul “Transformasi Mentalitas dan Kebudayaan Indonesia”. Ia menjelaskan, topik ini diangkat atas keprihatinannya terhadap sejumlah kejadian atau kasus belakangan ini.
Menurutnya kejadian atau kasus tersebut sebagai fakta sosial yang menunjukkan adanya krisis atau peluruhan moral dan etika luhur bangsa belakangan ini.