BACA JUGA : Menelusuri Bangunan Siti Hinggil, Singgasana Sang Sultan di Keraton Yogyakarta
BACA JUGA : Mengenal Tradisi Mendhem Ari-Ari dan Brokohan di Lingkungan Yogyakarta
Transportasi jadul tersebut seperti becak, baik yang menggunakan tenaga manusia ataupun yang menggunakan motor, dan juga andong.
Kedua transportasi jadul tersebut biasanya berada di kawasan Malioboro yang siap mengantarkan kamu untuk keliling kota hingga menuju berbagai wisata.
Tempat-tempat wisata tersebut seperti Kraton, Taman Pintar, atau Tamansari. Menariknya lagi, sopir becak atau kusir andong tersebut akan menawarkan apakah kamu ingin sekalian mempir ke toko oleh-oleh atau tidak.
Menaiki andong atau becak keliling Kota Jogja tentu sensasinya tidak akan sama dengan kamu saat menaiki motor atau mobil.
Suara derap langkah kaki kuda dengan loncengnya yang khas, tentunya kan menjadi magnet rasa rindu bagi siapa pun untuk balik ke Jogja lagi.
3. Jumlah Armada yang Terus Menurun
Dahulunya, sempat ramai angkutan umum atau angkot dan bus antar daerah di kabupaten-kabupaten dalam Jogja.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, jumlah angkutan umum atau angkot tersebut yang beroperasi mulai menurun drastis.
Hal serupa juga dialami bus yang dulunya juga banyak digunakan oleh pelajar untuk berangkat dan pulang sekolah. Jumlah penurunan armada tersebut disebabkan karena berbagai alasan.
BACA JUGA : Mengulik Ritual dan Tujuan Jamasan Pusaka Keraton Yogyakarta
BACA JUGA : Kenapa Yogyakarta Dijuluki Sebagai Kota Pelajar? Berikut 5 Alasan Lengkapnya
Contohnya, karena adanya ojek online yang di masa awal kehadirannya menawarkan harga yang murah, bisa menjangkau ke lebih banyak tujuan dan lebih efisien waktu.
Itu dia beberapa hal yang menjadi alasan kenapa di Jogja tidak ada angkot atau angkutan umum.
Padahal, jika angkot masih ada, tentu pilihan transportasi di Jogja bagi pelajar, wisatawan, hingga pekerja akan lebih beragam.