Gerakan Indonesia Membaca, Sri Sultan; Literasi Bukan Sekadar Konsumsi Informasi

Jumat 19-07-2024,09:22 WIB
Reporter : M. Fatkhurohman
Editor : M. Fatkhurohman

DISWAYJOGJA - Literasi bukan sekadar konsumsi informasi. Namun, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembentukan kebijakan, inovasi teknologi, dan dialog budaya yang dinamis. Karena itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengapresiasi kegiatan ‘Sepekan 1 Buku’ dan ‘Membaca Nyaring’ yang digalakkan Perpustakaan Nasional RI di DIY.

Dukungan tersebut disampaikan Sri Sultan dalam acara Gerakan Indonesia Membaca di DIY, Rabu, 17 Juli 2024 lalu, di Hotel Sahid Raya Yogyakarta.

Sri Sultan menuturkan, dalam lanskap intelektual yang semakin kompleks dan dinamis, inisiasi literasi membaca sejak dini, mendemonstrasikan tataran pendidikan transformasional.

BACA JUGA:Membaca dengan Cepat dan Efektif: 7 Strategi Untuk Meningkatkan Kecepatan dan Pemahaman Bacaan

”Setiap tahapan membaca, dimulai dari membaca nyaring, membaca intensif, membaca diam, dan membaca ekstensif, adalah pilar-pilar monumental dalam membangun masyarakat yang cerdas dan inovatif. Membaca nyaring pada usia dini bukanlah sekadar ritual menyuarakan frasa, melainkan sebuah fondasi dan simfoni interaksi sosial, yang mengajak anak-anak untuk mengeksplorasi dunia melalui kata-kata,” ucap Sri Sultan.

Sri Sultan mengatakan, saat anak-anak tumbuh dan memasuki jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas, membaca intensif menjadi cahaya yang menerangi lorong-lorong pemahaman mendalam. Selain itu, mengukir pemikiran kritis melalui teks yang kompleks.

Kemudian di strata pendidikan tinggi, membaca diam dan ekstensif, bertransformasi menjadi alat eksplorasi akademis esensial. Hal itu mendorong mahasiswa menavigasi arus besar pengetahuan interdisipliner.

“Inisiasi gerakan ‘Sepekan 1 Buku’ dan ‘Membaca Nyaring’ juga beresonansi dengan program ‘Sastra Masuk Kurikulum’ yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. Dengan memanfaatkan kekuatan sastra dalam Kurikulum Merdeka, kita dapat membuka cakrawala baru yang memperkuat minat baca, menumbuhkan empati, dan mengasah kreativitas serta nalar kritis generasi penerus bangsa,” tutur Sri Sultan.

Sri Sultan mengajak melanjutkan kolaborasi. Menciptakan Indonesia yang lebih sejahtera. Dimana literasi adalah cahaya yang mengusir kegelapan ketidaktahuan. Setiap warga memiliki akses tak terbatas pada pengetahuan. Perpustakaan menjadi pusat kreativitas dan inovasi.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI Adin Bondar mengatakan, Gerakan Indonesia Membaca perlu kembali dibumikan. Hal itu agar generasi muda yang membawa Indonesia Emas 2045 bisa menjadi bagian yang terpenting dan dapat bersaing dengan baik dalam persaingan global, baik regional maupun dunia.

Selain itu, budaya membaca dan literasi masyarakat perlu terus didorong lantaran masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia dibanding negara lainnya.

“Sehingga masyarakat kita belum cakap dalam hidupnya, mengakibatkan masyarakat kita itu belum kreatif, produktif, kemudian tidak sejahtera. Inilah yang menjadi solusi menurut kami bahwa Gerakan Indonesia Membaca ini perlu kembali kita bumikan,” kata Adin.

BACA JUGA:9 Manfaat Membaca Buku: Pintu Menuju Pengetahuan dan Pertumbuhan

Adin berharap, Pemda DIY dapat terus melakukan perbaikan-perbaikan dan dorongan agar upaya penguatan kegemaran membaca dan literasi di tanah air bisa terus meningkat. Meskipun, pada 2023 DIY telah berhasil menempati peringkat teratas dari seluruh provinsi se-Indonesia terkait nilai tingkat kegemaran membaca di Indonesia. Yakni sebesar 73,27. Selain itu, DIY juga berhasil menempati peringkat kedua dari seluruh provinsi di Indonesia pada indikator indeks pembangunan literasi masyarakatnya dengan nilai 85,09. (*)

Kategori :