Kenali Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Betawi Sebelum Kamu Meminang Wanita Asal Betawi!

Sabtu 09-03-2024,21:45 WIB
Reporter : Dikana Alfina
Editor : Syamsul Falaq

DISWAY JOGJA - Tradisi seserahan pernikahan bukanlah hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk Betawi. Dalam masyarakat Betawi seserahan merupakan bentuk kesiapan dan tanggung jawab pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan dalam kehidupan mereka nantinya.

Sejarah tradisi seserahan pernikahan dalam Adat Betawi tak sekadar ikatan resmi sebuah hubungan. Terdapat nilai-nilai adat yang kental di dalamnya. Temasuk tradisi pemberian seserahan sebelum pesta perkawinan.

Nah, bagaimana awal mula seserahan dalam masyarakat Betawi? Yuk simak penjelasannya dibawah ini

BACA JUGA : Ini Dia Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Jawa Yang wajib Kamu Ketahui!

Konon muasal tradisi seserahan pernikahan dalam adat Betawi berawal sejak zaman VereenigdeOostCompagnie (VOC). Tepatnya di bawah pimpinan Jan PietersszoonCoen sebagai gubernur Hindia Belanda (1557-1629) yang ingin membangun masyarakat Kolonial Batavia secara permanen.

Tradisi seserahan pernikahan tersebut digunakan sebagai jaminan keamanan bagi gadis yang akan didatangkan ke Hindia Belanda yang berupa seperangkat busana. Mereka akan “menikah dan baik-baik”. Setelah menikah, mereka masih diberi tambahan berupa pakaian rumah tinggal, serta uang ekstra untuk memenuhi kebutuhan. Perempuan-perempuan ini diwajibkan tinggal selama lima belas tahun di Hindia Belanda.

Sejarah tradisi seserahan pernikahan dalam adat Betawi tak jauh berkaca pada hal ini, Jean Gelman Taylor dalam Kehidupan Sosial di Batavia: Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur (2009) menyatakan kebiasaan di masa VOC ini selanjutnya berkembang dalam masyarakat Batavia. Masyarakat Betawi kemudian mengenal aturan perkawinan berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Namun, masyarakan pribumi menerapkan tradisi seserahan pernikahan sebagai simbol melindungi pasangan. Dengan adanya pemberian jaminan kehidupan pernikahan yang terwakili dengan tercukupinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Atau istilahnya tanggung jawab antara mempelai lelaki ke mempelai perempuan.

BACA JUGA : Erang – Erang, Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Bugis yang Memiliki Khas Sendiri

Dalam implementasinya, Masyarakat Betawi mengenal seserahan dalam upacara pernikahan. Namun tujuannya sama, yakni melindungi pasangan dengan memberikan jaminan kehidupan pernikahan dan mencukupi sandang, pangan, serta papan.

Secara umum, dalam perkawinan adat Betawi mengenal tradisi memberikan seserahan, yakni hantaran dari mempelai laki-laki ke perempuan.

Biasanya tradisi seserahan pernikahan tersebut berupa uang, makanan, bahan mentah, perlengkapan perempuan, peralatan dapur. Khusus seserahan lain biasanya ditambah dengan mahar, sirih nanas, roti buaya, hingga pelangkah. Tidak ada Batasan dalam pemberian seserahan atau sesuai dengan kesanggupan mempelai pengantin laki-laki.

Meski makna seserahan bertujuan   memuliakan   calon   pengantin   perempuan. Namun,   dampak   ekonomi dalam seserahan akan terasa, terutama pada pihak mempelai laki-laki. Mempelai lelaki yang tak mampu memenuhi permintaan seserahan pihak perempuan berpotensi mengalami pembatalan sepihak.

Prosesi Tradisi Seserahan Pernikahan dalam Adat Betawi

Prosesi   perkawinan   adat   Betawi   secara   umum   oleh   masyarakat   dikenal   dalam beberapa tahapan yaitu Ngedelengin, Ngelamar, Bawa Tande putus. Selanjutnya,   Akad nikah, Kebesaran, Negor, Pulang Tige Ari. Sementara pihak wanita melakukan acara khusus seperti Dipiare, Ditanggas, Centung, Malem Pacar.

Tiap wilayah di Betawi memiliki perbedaan baik dalam sebutan acara atau pelaksanaannya termasuk di wilayah Condet. Dalam Ram Ramelan, dijelaskan bahwa rangkaian acara di Condet dimulai dari Ngelancong,    Ngelamar,    Bawa    Uang,    Akad    Nikah,    Maulid,    Dirayakan,    Malam Pengantin/Negor, Ngalap.

Walapun tahapan perkawinan   bertujuan sama, namun   teknik   pelaksanaan   rangkaian   acara   perkawinan   antara   satu wilayah dengan wilayah lain sangat berbeda. Saat ini, setelah lamaran diterima, dan selesai Tande Putus, di luar uang belanja untuk keperluan pesta, banyak    masyarakat melakukan seserahan sebagai seremonial menjelang akad. Mereka melaksanakan palang pintu terlebih dahulu.

BACA JUGA : Kepo Dengan Makna Uang Panai Suku Bugis? Simak Penjelasan Tradisi Seserahan Pernikahan Dari Sulawesi Selatan

Acara palang   pintu ini   dilakukan   di   rumah   mempelai   pengantin perempuan, rombongan calon pengantin laki-laki (Ngerundat) dengan melewati prosesi palang   pintu agar   bisa   sampai   ke   prosesi Seserahan.

Selanjutnya, dilakukan   sambutan   dari   kedua   belah   pihak   calon   pengantin. Seserahan diberikan   oleh   pihak   keluarga   pengantin   laki-laki   sebagai   bentuk   simbolik. Tidak ada pembeda waktu secara ketat kapan seserahan diberikan. Seperti apakah dalam acara Ngelamar atau Tande Putus. Setelah lamaran diterima, maka selain uang belanja, semua benda diserahkan menjelang ijab qobul

Nah, itulah sedikit gambaran mengenai tradisi seserahan pernikahan dan prosesi perkawinan dalam Adat Betawi. Ternyata tradisi seserahan pernikahan ini sudah ada sejak zaman VOC lohh. Semoga arikel ini dapat memberikan manfaat. (*)

Kategori :