DISWAYJOGJA - Pemda DIY merayakan Hari Jadi DIY dengan berbagai rangkaian kegiatan. Salah satunya ziarah dan tabur bunga di makam raja-raja, para adipati serta leluhur yang telah berjasa bagi DIY. Ziarah dilakukan tiga lokasi. Yaitu Astana Kuthagede, Astana Pajimatan Imogiri dan Astana Girigondo pada Rabu, 6 Maret 2024.
Kegiatan ziarah tersebut dipimpin Sekda DIY Beny Suharsono, didampingi Staf Ahli Gubernur, Asisten Setda, Bupati Juru Kunci masing-masing Astana dan Kepala OPD di lingkungan DIY.
”Kegiatan ziarah yang dilakukan di tiga astana ini merupakan salah satu rangkaian acara Peringatan Hari Jadi DIY ke-269, sebagai upaya kita untuk mengenang semangat dari leluhur kita, yang gigih berjuang menentang kolonialisme,” ujar Beny Suharsono di Bangsal Pengapit Astana Kuthagede.
BACA JUGA:Jelang Ramadhan, Referensi Wisata Terbaru 2024 Jateng? Berziarah Makam Wali Hingga Masjid Agung!
Beny mengatakan, ziarah ini dimaksudkan untuk menguatkan kebanggaan, rasa memiliki atau handarbeni, loyalitas, identitas kewilayahan dan kecintaan terhadap pendiri Mataram, Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang merupakan cikal bakal pemerintahan di DIY.
Diketahui, berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sebuah perjuangan panjang Pangeran Mangkubumi melawan penindasan dan kekuasaan VOC. Selain itu, menentang adanya campur tangan VOC Belanda terhadap Mataram.
Di saat Kerajaan Mataram Islam melemah karena pengaruh VOC, Pangeran Mangkubumi tampil menjadi sosok yang memperjuangkan kedaulatan Mataram melawan penindasan VOC. Perlawanan bersenjata tersebut berlangsung selama 9 tahun, hingga terjadinya Perjanjian Giyanti, yang kemudian disusul dengan peristiwa Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat.
”Peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis Pon, tanggal 29 Jumadil’awal tahun Be 1680, bertepatan dengan 13 Maret 1755. Lalu Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamirkan Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat (separo Nagari Mataram). Peristiwa tersebut yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi DIY,” terang Beny.
BACA JUGA:Alokasi Anggaran Diskominfo Kabupaten Tegal Turun 52 Persen
Dalam perjalanan sejarahnya, Beny menyampaikan, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menghadapi penjajahan bangsa asing yang berupaya menguasai kembali Republik Indonesia, yang saat itu baru berdiri.
Di awal kemerdekaan Republik Indonesia, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Sri Sultan HB IX dan Kadipaten Pakualaman di bawah Sri Paku Alam VIII memberikan sumbangsih yang besar, dalam memberi dukungan bagi kemerdekaan. Keduanya menyatakan bergabung ke dalam Republik Indonesia serta mempertahankan eksistensi Republik yang saat itu masih berusia sangat muda.
”Semangat perlawanan atas penindasan dan kolonialisme yang ditunjukkan oleh raja dan adipati tersebut atau loro-lorone atunggal merupakan warisan Sultan Agung, Semangat perjuangan dan keberanian dalam melawan penjajah, mengalir dalam darah kedua pemimpin, yang merupakan keturunan dari Raja Mataram tersebut,” ungkapnya.
Selain ziarah, kata Beny, kegiatan lain akan dilakukan dengan mensinergikan kegiatan yang sudah ada. Jadi ini bukan kegiatan baru tetapi kegiatan yang sudah direncanakan yang dirangkum memperingati Hari Jadi DIY. ”Kita juga meluruskan penggunaan pakaian adat Jawa gaya Yogyakarta dari Kamis Pahing menjadi Kamis Pon karena kita belajar dari sejarah,” ungkap Beny. (*)