DISWAYJOGJA – Bakteri e-coli yang berasal dari tinja sudah mencemari air tanah di Bantul. Jumlah bakteri itu sudah tinggi di air permukaan seperti sumur. Karena itu, Pemda Bantul rencananya membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kalurahan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul. Namun sayang, rencana pembangunan itu mendapat penolakan dari warga.
BACA JUGA:Pengadaan Alat Pengolahan Sampah di TPA Bantul Gagal, Pemprov DIY Urung Utang Rp114 Miliar
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantu Ari Budi Nugroho menjelaskan, pembangunan IPLT tersebut sedianya dalam rangka mengejar standar pelayanan minimal (SPM) sanitasi. Sebab, kota atau kabupaten lain di DIY sudah memiliki IPLT. IPLT tersebut rencananya akan mengolah limbah tinja se-Kabupaten Bantul. Dimana sebelumnya Bantul membuang limbah tinja di Instalasi Pembuatan Air Limbah (IPAL) Sewon.
BACA JUGA:Bupati Bantul Abdul Halim Ajak Masyarakat DIY Tidak Buang Sampah Sembarangan
“IPTL dibangun untuk mengurangi beban di sana (IPAL Sewon). Jadi tidak semua masuk di sana. Bantul banyak pengusaha sedot tinja, biar mereka terfasilitasi harus ada tempat pengolahannya,” kata Ari Budi, Minggu (12/11/2023).
BACA JUGA:Nelayan di Bantul Minum Miras Oplosan Tewas, 2 Peracik dan Pengedar Dibekuk
Ari Budi menilai, rencana pembangunan IPLT itu karena bakteri e-coli yang berasal dari tinja sudah mencemari air tanah. Umumnya bakteri itu dari septic tank yang bocor dan tidak memenuhi standar jarak antara septic tank dengan sumur. Dengan demikian, perlu dibangun instalasi pengolahan limbah. Baik yang terpusat maupun komunal. Yang terpusat sendiri ada di IPAL Sewon.
BACA JUGA:Unik dan Lezat! Berikut 5 Rekomendasi Makanan Khas Bantul Jogjakarta
Sedangkan yang komunal melalui Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas). Dimana kapasitasnya dapat menampung untuk ratusan rumah tangga. ”Intinya pencemaran sudah terjadi. Cuma terkadang mungkin masyarakat belum paham,” ujar Ari.
Ari Budi menyebut, presentasi besaran pencemaran bakteri e-coli di Bantul berbeda tiap wilayahnya. Namun, pencemaran itu terjadi karena jarak sumur dengan septic tank tidak memenuhi standar. “Bakteri E.coli yang tinggi jelas ada di permukiman padat yang tidak terstruktur,” ucap Ari Budi.
Sementara itu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, dengan munculnya penolakan rencana pembangunan IPTL, maka Pemkab Bantul akan mendiskusikan lagi dengan warga. “Nanti kita lihat bagaimana argumentasi atau alasan yang dikemukakan. Bagi saya, tidak ada masalah. Ini demokrasi saja,” katanya.
Abdul Halim menuturkan, adanya pihak yang pro dan kontra terhadap suatu proyek pembangunan adalah hal yang biasa. Dia meyakini nantinya bakal ditemukan solusi terbaik. (*)