Pembangunan tambak udang berbasis kawasan di Kebumen menggunakan pertimbangan ekologi dan ekonomi. Sehingga sasarannya tidak hanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah, tapi juga kelestarian ekosistem.
Selama ini tambak udang tradisional yang dikelola masyarakat kurang memperhatikan kelangsungan ekosistem dan pengelolaan yang kurang baik.
Agar ekosistem berkelanjutan, tambak udang berbasis kawasan di Kebumen dilengkapi dengan tandon air dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
Infrastruktur lainnya berupa water intake, saluran outlet, laboratorium, gudang pakan, bangunan pasca panen, rumah genset, rumah jaga tambak, dan jalan produksi.
KKP pada tahun 2024 menargetkan dapat memproduksi sebesar 2 juta ton udang vanamei. Melalui tambak percontohan ini, nantinya masyarakat petambak dapat mengadopsi dan pada gilirannya bisa meningkatkan produktivitas tambak.
Keberadaan tambak udang ini akan terjadi multiplier effect, pada tenaga kerja terutama pembudidaya atau pekerja on farm dan manajemen dan administrasi.
KKP juga tengah menyiapkan lahan lagi sebanyak 40 hektar di sisi timur untuk pembangunan BUBK. Kawasan tambak udang ini total seluas 100 hektar, dan baru dibangun 60 hektar. Sampai saat ini proses pembangunan masih berlangsung.
Wahyu berharap ini bisa menjadi komoditas strategis yang bisa menjadi andalan negara ini. Karena Indonesia salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia.
Sementara itu, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyatakan dengan BUBK ini bisa menjadi pusat studi bagi siapa saja yang ingin belajar mengembangkan budidaya udang secara modern.
Selain itu juga bisa memberikan dampak positif dari masyarakat. Yaitu 90 persen tenaga kerjanya merupakan penduduk lokal yang sudah dilatih pengelolaan udang di Jepara oleh pihak KKP. (*)
Artikel ini juga tayang di Kebumen Ekspres dengan judul: http://www.kebumenekspres.com/2023/06/jokowi-dijadwalkan-awali-panen-raya.html