Gelar Haji Ternyata Bukan dari Arab, Tapi Bikinan Belanda, Lho Kok Bisa?

Minggu 14-05-2023,13:38 WIB
Reporter : Mohamad Sukron
Editor : Mohamad Sukron

DISWAYJATENG – Ternyata gelar H atau haji yang biasanya tersemat di depan nama seseorang adalah label yang pemerintah Belanda buat. Bagaimana ceritanya?

Bagi umat muslim yang ada di Indonesia, Malaysia, Brunei dan sekitarnya, umum kita jumpai terdapat gelar H atau haji di depan nama mereka.

Ini adalah gelar bagi mereka setelah pulang dari Mekah dalam rangka menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Gelar tersebut sangat prestisius karena bisa menaikkan status sosial mereka di tengah masyarakat.

BACA JUGA:Kamu Harus Tahu! Doa untuk Orang yang Akan Berangkat Haji, Latin dan Artinya

Karena ibadah haji merupakan ibadah yang sangat berat dan panggilan jiwa. Tidak saja berat di biaya, jarak yang jauh, lama perjalanan, namun juga ibadah yang memakan waktu lebih dari satu bulan.

Lalu bagaimana ceritanya bahwa gelar haji adalah bikinan pemerintah Belanda? Berikut ini sejarahnya.

Asal-usul Gelar Haji adalah Label Belanda

Arkeolog Islam Agus Sunyoto menyatakan bahwa gelar haji awalnya adalah label dari pemerintah Belanda.

Kenapa? Karena setiap perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda selalu melibatkan tokoh masyarakat Islam; kyai, ustadz, guru thoriqoh, mubaligh pesantren, dan tokoh masyarakat yang baru pulang dari ibadah haji.

Sehingga tokoh-tokoh yang sudah berhaji tersebut oleh Belanda jadi biang kerok pemberontakan, sampai membuat Belanda kewalahan.

Para tokoh haji tersebut mendapat pengakuan kesalehan, memiliki otoritas politik yang kuat, dan derajat sosial-budaya yang tinggi.

Tentu orang yang bisa beribadah haji jaman Belanda adalah orang yang sangat kaya yang jadi panutan masyarakat.

Kita masih ingat bagaimana salah satu tokoh paling fenomenal adalah Pangeran Diponegoro, yang juga seorang pemuka agama. Memulai pemberontakan di Jawa selama lima tahun dari 1825-1830 yang sampai membuat pemerintah Hindia Belanda bangkrut.

Belanda bingung kenapa setiap pemberontakan selalu melibatkan pribumi yang baru pulang dari tanah suci Mekkah. Menurut sejarawan Agus Sunyoto, tidak ada pemberontakan yang tidak melibatkan haji, terutama kiai haji dari pesantren.

Kategori :