Nostalgia Asik Dengan Menelusuri Jejak Rasa dan Melintasi Zaman di Semarang, Simak Ulasannya Berikut Ini
Java Loenpia 1870--
diswayjogja.id – Pernahkah Anda merindukan sebuah hidangan yang tidak hanya memanjakan indra perasa, tetapi juga membawa jiwa Anda berkelana ke masa lalu? Di tengah banjirnya tren kuliner modern yang sering kali hanya mengandalkan estetika visual untuk kebutuhan media sosial, Kota Semarang muncul sebagai penawar rindu yang nyata. Pasca kemeriahan Festival Kota Lama 2025 yang sukses menarik ribuan wisatawan, kota ini kembali mempertegas posisinya sebagai destinasi wisata gastronomi utama di Indonesia. Semarang bukan sekadar tempat untuk mengisi perut; ia adalah sebuah "Museum Kuliner Hidup" yang setiap sudutnya menawarkan kejujuran rasa yang sulit ditemukan di kota-kota besar lainnya.
Menjelajahi Semarang melalui cita rasanya adalah sebuah petualangan lintas dimensi waktu yang menakjubkan. Di sini, Anda akan menemukan resep-resep rahasia yang dijaga dengan ketat selama lebih dari satu abad, berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa kehilangan jati dirinya. Mulai dari warung kaki lima sederhana yang letaknya mungkin terselip di trotoar jalan, hingga restoran bernuansa kolonial yang megah, semuanya memiliki satu kesamaan: dedikasi terhadap rasa. Tak heran jika banyak tokoh penting, mulai dari pejabat negara hingga menteri, sering terlihat mengantre demi sepiring hidangan khas Semarang yang autentik.
Fenomena kuliner Semarang tahun ini juga dipicu oleh keinginan publik untuk kembali ke akar atau tren back to basics. Masyarakat mulai jenuh dengan makanan cepat saji yang seragam dan mencari sesuatu yang memiliki "nyawa" serta cerita di baliknya. Setiap suapan dari hidangan legendaris di Semarang menyimpan potongan sejarah, baik itu pengaruh budaya Tionghoa yang melebur dengan tradisi lokal, maupun jejak peninggalan era kolonial Belanda yang masih sangat terasa. Kekayaan budaya inilah yang membuat profil rasa kuliner Semarang begitu kompleks namun tetap ramah di lidah semua orang.
Namun, dengan begitu banyaknya pilihan yang tersedia, wisatawan sering kali merasa bingung harus memulai dari mana. Agar pengalaman Anda di Kota Atlas ini menjadi maksimal dan tak terlupakan, kami telah mengurasi tujuh destinasi kuliner paling ikonik dan viral sepanjang tahun ini. Daftar ini mencakup berbagai jenis hidangan, mulai dari camilan tradisional hingga makanan berat yang penuh bumbu. Siapkan diri Anda untuk perjalanan nostalgia yang akan membangkitkan kenangan lama sekaligus menciptakan memori baru yang lezat.
BACA JUGA : Jelajah Rasa Tren Kuliner Terkini, Toko Donat di Semarang Jadi Incaran Berikut Informasi Selengkapnya
Java Loenpia 1870
Jika kita berbicara tentang identitas kuliner Semarang, maka nama Java Loenpia wajib berada di daftar teratas. Gerai ini bukan sekadar penjual lumpia biasa, melainkan pemegang estafet sejarah sebagai salah satu pelopor pertama kudapan ini di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1870, resep yang mereka gunakan telah melampaui usia satu setengah abad. Cikal bakal lumpia ini bermula dari perpaduan budaya yang harmonis antara pasangan Tjoa Thay Joe dan Wasih. Keaslian rasa rebung yang tidak berbau menyengat serta kulit lumpia yang renyah menjadikan Java Loenpia tetap menjadi standar emas bagi para penikmat kuliner sejarah hingga hari ini.
Kepala Manyung Bu Fat
Apa yang bermula dari sebuah warung sederhana berukuran 3x3 meter pada tahun 1969, kini telah menjelma menjadi institusi kuliner yang paling diburu di Semarang. Kepala Manyung Bu Fat adalah destinasi wajib bagi para pecinta masakan pedas dan gurih. Rahasia kelezatannya terletak pada proses pengasapan ikan manyung yang dilakukan secara tradisional selama berjam-jam, memberikan aroma smoky yang meresap hingga ke dalam serat daging kepalanya. Daging pipi ikan yang kenyal kemudian disiram dengan kuah mangut berbumbu santan kental yang kaya akan cabai rawit. Tak heran jika tempat ini menjadi langganan para selebritas dan pejabat yang ingin merasakan sensasi "ledakan" rasa di mulut.
Pisang Plenet Pemuda
Bagi Anda yang ingin bernostalgia dengan jajanan masa kecil, Pisang Plenet Pemuda adalah jawabannya. Beroperasi sejak tahun 1952, kuliner ini kini dikelola dengan apik oleh generasi keempat. Nama "plenet" diambil dari teknik pembuatannya, di mana pisang kepok yang sudah dibakar di atas bara arang akan ditekan atau dipipihkan menggunakan papan kayu khusus. Proses pembakaran tradisional ini memberikan aroma harum yang khas yang tidak bisa dihasilkan oleh kompor gas. Meskipun mempertahankan cara lama, variasi topping-nya kini lebih beragam, mulai dari selai nanas klasik hingga keju dan cokelat modern yang sangat disukai milenial.
BACA JUGA : Nikmati Kelezatan Manis dan Gurih, Berikut Daftar 10 Destinasi Donat Terbaik di Semarang
BACA JUGA : Jelajahi Cita Rasa Negeri Tirai Bambu di Semarang, Ini Daftar 10 Restoran Chinese Food Terbaik
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: