JFP 2025, Batik dan Lurik Sleman Jadi Primadona Baru Fashion Nasional

JFP 2025, Batik dan Lurik Sleman Jadi Primadona Baru Fashion Nasional

Para finalis Jogja Fashion Parade (JFP) 2025 memperagakan rancangan modest office look berbahan batik dan lurik Sleman di Atrium Sinta Sleman City Hall, Rabu (10/12/2025).--Foto: Humas Pemkab Sleman

SLEMAN, diswayjogja.id - Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan bersama Dekranasda Sleman menggelar Grand Final Jogja Fashion Parade (JFP) – Fashion Design Competition Batik dan Lurik Sleman 2025, di Atrium Sinta Sleman City Hall, Rabu (10/12/2025). 

Ajang ini menjadi puncak program Gerbang Baru Sleman: Gerakan Bangga Berbatik dan Lurik, yang sejak (11/10/2025) mendorong penggunaan wastra lokal sekaligus memperkuat posisi Sleman sebagai pusat mode berbasis batik dan lurik.

Dari 526 pendaftar dari seluruh Indonesia, sebanyak 15 semifinalis terbaik tampil memamerkan rancangan modest office look dengan bahan utama batik dan lurik Sleman. 

Mereka berasal dari berbagai daerah, mulai dari Sleman, Palembang, Malang, Jambi, Ngawi, Magelang, Surabaya, Purbalingga, hingga Pati.

Ketua Dekranasda Kabupaten Sleman, Parmilah Harda Kiswaya, menyampaikan apresiasi kepada para finalis yang telah melewati proses panjang hingga malam puncak kompetisi tersebut.

“Kompetisi ini bukan sekadar ajang lomba, tetapi wadah bagi generasi muda untuk berkarya dan mengembangkan kreativitas berbasis wastra lokal,” katanya. 

BACA JUGA : Sleman Menjadi Contoh, Bupati Harda Tegaskan Perlindungan HAM dan Integritas Pemerintah

BACA JUGA : Bupati Sleman dan PGRI DIY Tegaskan Guru Sebagai Garda Terdepan Pembangun Generasi Emas Indonesia

Ia menegaskan bahwa JFP bukan hanya seremoni penutup akhir tahun, melainkan ruang penting untuk melahirkan kreativitas baru yang memadukan nilai budaya dengan tren fesyen masa kini.

“JFP menjadi momentum menghadirkan karya inovatif yang memadukan kekayaan budaya Sleman dengan perkembangan mode modern,” ucapnya.

Selain menampilkan karya muda, acara tersebut juga dihadiri Dekranasda dari berbagai daerah, lembaga pemerintah, akademisi, pelaku industri kreatif, hingga para perajin.

“Kehadiran berbagai pemangku kepentingan memperkuat komitmen menjaga keberlanjutan batik dan lurik Sleman,” tuturnya.

Ketua Harian Dekranasda DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam, menekankan bahwa penguatan identitas budaya melalui wastra lokal harus menjadi fondasi dalam setiap langkah pengembangan industri fashion di wilayah ini.

Menurutnya, wastra bukan sekadar bahan atau motif, tetapi representasi nilai budaya yang diwariskan lintas generasi dan harus dijaga keberlanjutannya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: