Gerakan Mental Sehat FBD, Titik Nol Yogyakarta Jadi Panggung Aksi Peduli Kesehatan Jiwa
Titik Nol Yogyakarta, Jumat (10/10/2025), Mahasiswa Forum BEM DIY membawa poster tuntutan kesehatan mental dan kebebasan aktivis, sebagai simbol kepedulian sosial dan solidaritas mahasiswa.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Titik Nol Yogyakarta, Jumat (10/10/2025) mendadak ramai bukan oleh wisatawan, tetapi oleh gelombang langkah mahasiswa dari berbagai kampus di DIY.
Mereka datang membawa satu pesan yakni pentingnya kesehatan mental dan kebebasan bagi aktivis yang ditahan.
Aksi ini digelar oleh Forum BEM DIY (FBD) bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia.
Presiden BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Lukmanul Hakim, menjelaskan inisiatif di balik aksi tersebut.
“Kami dari BEM UNISA menginisiasi gerakan kesehatan mental. Tepat hari ini, kegiatan ini kami lakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental diri sendiri,” katanya saat ditemui di lokasi aksi.
Ia menambahkan, tujuan gerakan ini adalah mendorong masyarakat, terutama mahasiswa, untuk terbuka tentang kondisi psikologis mereka.
BACA JUGA : Enam Perwakilan BEM STIE Widya Manggalia Hadiri Workshop Kepemudaan Tingkat Kabupaten Brebes 2025
BACA JUGA : BEM KM UGM Kritik Pidato Presiden Prabowo di PBB, Sebut Bicara Perdamaian Tapi Rakyat Ditindas
“Harapan kami, masyarakat termasuk teman-teman mahasiswa dapat bercerita secara jujur dan mengekspresikan segala bentuk keresahan yang mereka alami,” ucapnya.
Data terbaru dari pemerintah kota menunjukkan angka bunuh diri di Yogyakarta yang relatif tinggi, terutama di kalangan pelajar. Ia menyoroti kondisi ini sebagai alarm sosial.
“Kami melihat data di Yogyakarta menunjukkan angka bunuh diri yang cukup tinggi. Tingkat stres juga meningkat, karena kota ini adalah kota pelajar dengan banyak tekanan akademik dan sosial,” tuturnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan ruang yang aman dan inklusif bagi mereka yang mengalami gangguan mental.
“Kami merasa pemerintah sepatutnya memberikan ruang yang inklusif bagi mereka yang memiliki gangguan mental, termasuk ruang untuk berpendidikan. Dengan begitu, arah penanganan kesehatan mental bisa tertata dengan lebih baik,” ujarnya.
Dalam aksinya, ia menyampaikan lima tuntutan utama yang diajukan BEM UNISA.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: