40 Kasus Kebakaran di Yogyakarta, 70 Persen Disebabkan Konsleting Listrik
Salah satu mobil terbakar di jalan Perwakilan Malioboro kota Yogyakarta pada Senin (9/12/2024) pagi. Kejadian tersebut merupakan simulasi pencegahan kebakaran di kawasan sumbu filosofis Yogyakarta.--anam AK/diswayjogja.id
YOGYAKARTA, diswayjogja.id – Kasus kebakaran di Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2025 terus menjadi perhatian serius pemerintah.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Yogyakarta, tercatat sebanyak 40 kejadian kebakaran terjadi selama periode Januari hingga Agustus 2025.
Kepala Damkarmat Kota Yogyakarta, Taokhid, mengungkapkan bahwa 70 persen penyebab kebakaran diduga akibat konsleting listrik, khususnya di lingkungan rumah tangga.
Selain itu, kelalaian masyarakat atau human error juga menjadi penyumbang besar penyebab kebakaran.
BACA JUGA : Serahkan Bantuan Rp7,75 Juta kepada Korban Kebakaran, Pemkot Yogyakarta Siapkan APAR Tiap RT
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Ajak Masyarakat Berperan Cegah dan Tangani Kebakaran Melalui MAS JAKA
“Tahun ini sampai dengan Agustus ada 40 kejadian kebakaran di dalam kota. Dugaan penyebab paling tinggi konsleting, sekitar 70 persen,” ujar Taokhid melalui keterangannya, Selasa (16/9/2025).
Kelalaian yang dimaksud meliputi lupa mematikan kompor, meninggalkan pembakaran sampah, serta penggunaan listrik yang tidak sesuai standar seperti beban colokan berlebih atau penggunaan kabel yang sudah usang.
Guna menekan angka kebakaran, Damkarmat Kota Yogyakarta terus mengintensifkan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Hingga saat ini, sudah dilaksanakan lebih dari 30 kegiatan edukasi secara langsung ke warga, komunitas, dan sekolah-sekolah.
BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Lakukan Monitoring Proteksi Kebakaran di Hotel, Kerja Sama dengan Damkarnat
BACA JUGA : Dua Rumah Terbakar di Bantul, Kerugian Capai Rp100 Juta
Program edukasi juga diperluas melalui kegiatan “Go to School” yang menyasar anak usia dini lewat kunjungan ke kantor Damkarmat, serta pelatihan peningkatan kapasitas untuk relawan.
Namun, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan tersendiri. Petugas harus berbagi tugas antara edukasi masyarakat, pelatihan relawan, dan kegiatan edukasi anak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: