Sambut Hari Jadi ke-270, Pemda DIY Gelar Ziarah Makam Raja di Imogiri Bantul

Pemda DIY menggelar ziarah dan tabur bunga ke makam para leluhur pendiri Mataram di tiga lokasi, yakni Astana Kuthagede Bantul, Astana Pajimatan Imogiri, dan Astana Girigondo, Selasa (18/02/2025), dalam rangka menyambut HUT ke-270 DIY--Dok. Humas Pemda DIY
BANTUL, diswayjogja.id - Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar ziarah dan tabur bunga ke makam para leluhur pendiri Mataram di tiga lokasi, yakni Astana Kuthagede Bantul, Astana Pajimatan Imogiri, dan Astana Girigondo, Selasa (18/02/2025).
Ziarah tersebut diikuti Staf Ahli Gubernur dan Asisten Setda, Bupati Juru Kunci Puralaya dan Juru Kunci Abdi Dalem Kraton Yogyakarta dan Juru Kunci Abdi Dalem Kadipaten Pakualaman, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemda DIY, Bupati Puralaya dan juru kunci masing-masing astana.
Tradisi ziarah dan tabur bunga di makam raja-raja, para adipati serta leluhur yang telah berjasa bagi DIY tersebut, merupakan rangkaian kegiatan rutin menyambut peringatan Hari Jadi ke-270 DIY pada 13 Maret 2025 mendatang. Prosesi ziarah berlangsung khidmat dengan didahului pembacaan sambutan Sekda DIY, doa bersama dan diakhiri dengan tabur bunga.
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho mengatakan berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, menggambarkan sebuah perjuangan panjang Pangeran Mangkubumi, dalam melawan penindasan dan campur tangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda terhadap Mataram. Di saat Kerajaan Mataram Islam melemah karena pengaruh VOC, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I tampil menjadi sosok yang memperjuangkan kedaulatan.
"Perlawanan bersenjata tersebut berlangsung selama 9 tahun, hingga terjadinya Perjanjian Giyanti, yang kemudian disusul dengan peristiwa Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat," ujarnya.
BACA JUGA : Kunjungan ke Masjid Gede Mataram, Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi Teringat Study Tour Sekolah
Dalam perjalanan sejarahnya, Aris menyampaikan, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menghadapi penjajahan bangsa asing yang berupaya menguasai kembali RI yang saat itu baru berdiri.
Di awal kemerdekaan RI, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Sri Sultan HB IX, dan Kadipaten Pakualaman di bawah kepemimpinan Sri Paku Alam VIII, memberikan sumbangsih besar dalam memberi dukungan bagi kemerdekaan.
"Keduanya menyatakan bergabung ke dalam RI, serta mempertahankan eksistensi Republik dalam semangat 'loro-lorone atunggal'. Semangat itulah yang perlu kita teladani, kita wariskan kepada anak dan cucu, serta kita ukir di hati sanubari untuk meneruskan membangun Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.
Untuk itu, Aris mengajak sama-sama berdoa, agar arwah para raja-raja, para adipati, serta leluhur yang telah berjasa bagi DIY mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Pihaknya pun berterima kasih kepada Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman beserta jajaran yang telah memfasilitasi pelaksanaan ziarah ini.
BACA JUGA : Peningkatan Infrastruktur Stadion Mandala Krida, Pemda DIY Upayakan Kerja Sama dengan Pihak Swasta
BACA JUGA : Pemda DIY Tambah 16 CCTV Smart Province, Pantau Lalu Lintas dan Keamanan di Yogyakarta
"Semoga, apa yang kita laksanakan dapat membawa berkah bagi kita semua, sebagai generasi penerus perjuangan," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: