Mahasiswa Unnes Teliti Adagium Banteng Loreng Binoncengan, Wawancara Hingga Blusukan ke Situs Bersejarah

Mahasiswa Unnes Teliti Adagium Banteng Loreng Binoncengan, Wawancara Hingga Blusukan ke Situs Bersejarah

DISKUSI - Tim mahasiswa Unnes berdiskusi setelah mewawancarai informan tentang Banteng Loreng Binoncengan di Slawi.-K. ANAM SYAHMADANI/RADAR TEGAL -

TEGAL, DISWAYJOGJA - Banteng Loreng Binoncengan yang selama ini dikenal sebagai falsafah lokal Tegal menarik minat sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) untuk dijadikan tema penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari kampus, kelompok mahasiswa yang menamakan diri Tim Banteng Loreng mulai terjun ke lapangan. Apa saja upaya mereka?

TIM Banteng Loreng terdiri dari lima mahasiswa yakni Nailah Rizqia Azhar, Satufatwa Hanin Al Fajr, Ikfina Hida Maula Anami, Anisya Rahmadani, dan Nilna Aula Niswah. Mereka mayoritas berasal dari Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi. Nama pertama, Nailah Rizqia Azhar, didapuk sebagai ketua tim.

BACA JUGA:Mahasiswa FH Unissula Semarang Ikuti Sekolah Jurnalistik PWI Jateng XVIII Daring

Saat berbincang pada akhir Mei lalu di Slawi, Nailah menjelaskan alasan timnya mengusulkan penelitian dengan tema Banteng Loreng Binoncengan untuk Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humanira Unnes Tahun 2024. Yakni, bermula karena terinspirasi dari penelitian Wong Kito Galo yang dikenal sebagai kearifan lokal Palembang.

“Kami kemudian berpikir di Tegal ada apa ya? Lalu ketemu lah Banteng Loreng Binoncengan,” tutur Anggota Tim Banteng Loreng Nilna Aula Niswah yang asli Tegal.

Awalnya, tim mengajukan judul Analisis Falsafah Banteng Loreng Binoncengan Terhadap Konsep Ideal Pemimpin Masyarakat Tegal Berdasarkan Teori PCC untuk Meningkatkan Integrasi Bangsa dan setelah disetujui berjudul Falsafah Banteng Loreng Binoncengan Pada Masyarakat Tegal: Penguat Integritas Bangsa Melalui Konsep Kepemimpinan Ideal Berdasarkan Teori Person Centered.

Dijelaskan, konsep kepemimpinan ideal dari makna falsafah Banteng Loreng Binoncengan dalam penelitian ini akan dieksplisitkan melalui sudut pandang teori Person Centered. Yakni, sebuah teori yang memandang seseorang yang memahami kehidupannya dengan baik sebagai fully functioning person.

“Penelitian dilakukan selama empat bulan,” kata Ketua Tim Banteng Loreng Nailah Rizqia Azhar.

BACA JUGA:Suarakan Pemilu Damai, Aliansi Mahasiswa Kabupaten Tegal Aksi Turun ke Jalan

Pada tahap awal penelitian, Tim Banteng Loreng melakukan pencarian literatur dan pengumpulan data. Literatur yang digunakan antara lain buku Tegal dari Masa ke Masa (1959) karya Suputro dan buku Semangat Orang-Orang Tegal (2003) karya Prof Dr Abu Suud. Kemudian buku Insya Allah (2008) yang berisi sekumpulan tulisan Agus Riyanto, mantan bupati Tegal.

Prof Dr Abu Suud dalam buku Semangat Orang-Orang Tegal memaknai Banteng Loreng Binoncengan dalam kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki sifat seperti bocah angon yang lemah lembut, sabar, pengertian, dan mengayomi. Begitu juga dengan masyarakat Tegal, harus mempunyai sifat seperti banteng, bersikap keras dan waspada tetapi patuh saat dipimpin oleh pemimpin yang mengayomi.

Sementara Agus Riyanto dalam buku Insya Allah (2008) menggambarkan Banteng Loreng Binoncengan merupakan perlawanan yang mengutamakan solidaritas serta balas budi dan kesetiaan banteng kepada penggembala dari kebuasan harimau.

Adapun informan yang berhasil diwawancarai Tim Banteng Loreng antara lain Komandan Kodim (Dandim) 0712/Tegal Letkol Infanteri Suratman, budayawan Yono Daryono dan Teguh Puji Harsono. Kemudian, pegiat dan peneliti sejarah Akhmad Zubaedi, Ari, dan Hendri. Lalu penulis Suriali Andi Kustomo hingga jurnalis pengulas K. Anam Syahmadani dari Radar Tegal dan Malik Ibnu Zaman.

BACA JUGA:Tips Merawat Kulkas Agar Tagihan Listrik Murah, Tetap Ramah Lingkungan Untuk Mahasiswa

Selain mewawancarai informan, Tim Banteng Loreng juga blusukan ke berbagai situs bersejarah di Tegal. Yaitu Monumen Persembahan dari TNI untuk Rakyat di Bumijawa Kabupaten Tegal, Monumen Pra Gerakan Banteng Nasional di Lebaksiu Kabupaten Tegal, serta Relief dan Monumen Gerakan Banteng Nasional di Procot Slawi Kabupaten Tegal.

Nailah mengatakan, penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk sumber rujukan pengembangan ilmu bimbingan dan konseling dalam kajian isu integritas kepemimpinan pada masyarakat yang telah memiliki local indigenous atau kearifan lokal. Misalnya falsafah yang dipegang teguh, serta menjadi sumber rujukan untuk menganalisis gaya kepemimpinan yang berintegritas.

Di samping itu, lanjut Nailah, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan topik terkait. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan edukasi bagi generasi muda, khususnya di Tegal dan secara umum di Indonesia, untuk memilih pemimpin yang berintegritas.

Selain itu, riset ini juga dapat menjadi bahan melestarikan wawasan local indigenous pada anak-anak dan generasi muda Tegal,” ungkap Nailah. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: