Kraton Yogykarta Gelar Pameran Awal Tahun Bertajuk Abhimantrana selama 5 Bulan
Keraton Yogyakarta menggelar pameran awal tahun bertajuk ‘Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta’ yang diselenggarakan sejak 8 Maret hingga 28 Agustus 2024.-DOK.-
DISWAYJOGJA – Keraton Yogyakarta menggelar pameran awal tahun bertajuk ‘Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta’ yang diselenggarakan sejak 8 Maret hingga 28 Agustus 2024. Pameran tersebut menggambil momentum ulang tahun penobatan atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas.
BACA JUGA:Tari Beksan Trunajaya Epic, Meriahkan Pembukaan Pameran Abhimantrana
Kurator Pameran Abhimantrana, Mas Jajar Pradanareja Guritno yang memiliki nama lahir Fajar Wijanarko menyatakan, pameran Abhimantrana adalah upaya mengenalkan upacara adat di masyarakat Jawa, sekaligus Keraton Yogyakarta. Ide itu kemudian direfleksikan dalam filosofi Pangeran Mangkubumi yang dikenal Sangkan Paraning Dumadi.
”Pemilihan judul mengacu pada terminologi keraton, manusia sebagai tokoh utama dalam ritus hidupnya, hal sakral yang tak kasat mata yang merujuk pada maksud dari sesaji maupun perihal metafisik. Abhimantrana berarti upacara, doa-doa dan pepujian,” jelas Fajar, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, pameran tersebut menjadi sajian dari berbagai upacara adat yang digelar di Keraton Yogyakarta. Terutama berkaitan dengan fase daur hidup dari Manusia Jawa.
Selain itu, pameran ini menjadi potret dari ruang informasi bagi pengunjung dalam membaca dan menafsirkan pelestarian budaya yang kontekstualisasi dengan potret saat ini.
Dia menjealskan, Sangkan Paraning Dumadi menjadi titik awal dari kunjungan panjang Abhimantrana. Di ruang tersebut ritus hidup manusia dalam lajur kehidupan dirangkum dan diejawantahkan melalui falsafah sangkan paraning dumadi.
”Setiap laku hidup inilah yang kita tandai dengan upacara adat. Masyarakat yang berkunjung pastinya akan mendapatkan informasi secara utuh bagaimana upacara adat di keraton diselenggarakan sekaligus mendapatkan pengalaman langsung terkait dengan salah satu proses adat yang mungkin belum mereka temui," ungkap Fajar.
Fajar mengatakan, ada salah satu satu showcase upacara adat yang melibatkan partisipasi pengunjung secara langsung yaitu Tedak Siten. Dalam prosesi upacara adat itu, pengunjung dapat mengambil informasi yang paling disenangi. Misalnya buku, cengkeh gading, tebu wulung, wayang dan lainnya.
”Masing-masing simbolisasi tersebut ternyata terkandung ternyata mengandung maksud dan makna tertentu. Pengunjung dapat menukarkan kartu yang mereka ambil dari kurungan besar diakhir kunjungan pameran," ujarnya.
BACA JUGA:Pameran bertajuk Jayapatra: Langkah Jogja Bagi Bangsa Siap Ditampilkan di Jakarta
Selain itu dalam pameran ini, pihak panitia mengedepankan informasi interaktif dengan pengunjung. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan keseluruhan informasi secara utuh baik melalui barcode yang disiapkan dengan caption sekaligus wahana interaktif. Dengan demikian pengunjung bisa mengakses informasi digital sehingga tak mendapatkan informasi satu arah.
”Sebenarnya tujuan keraton menggelar pameran temporer ini seperti yang telah disampaikan GKR Bendara sebelumnya. Dimana masyarakat modern sering mengalami gagal terkait dengan kebudayaan, mereka sering kali mengalami krisis identitas atau hal-hal yang sebenarnya sangat dinantikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari justru sering terabaikan," tandas Fajar. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: